Selasa, 06 Januari 2009

Pengalaman Ngentot dengan Tetangga

Setelah berhasil membuka Kantor Penghubung di Denpasar dan mendapat apartemen-dinas di Jakarta, maka lengkaplah segala kekacauan kantor badan PBB yang aku pimpin di Dili, Timor Leste.Aku menjadi sah[legal] untuk sering-sering berada di Denpasar atau di Jakarta.Padahal basisku atau kantor utama -ku ada di Dili.Tentu saja Jakarta lebih menarik bagiku dibandingkan Denpasar,sebab tersedia lebih banyak pilihan cowok untuk digauli dan dicabuli! Bahkan aku cukup hanya “ngendon” di apartemenku, aku sudah bisa memilih macam-macam jenis lelaki yang mau aku gauli dan cabuli!

Beberapa tetanggaku ada yang punya anak remaja - lelaki.Tetapi ada juga anak remaja-lelaki yang tinggal mandiri di apartemen,sendirian, dibeli-kan apartemen atau dibayari oleh orang-tuanya. Salah-satunya adalah Allan Wira. Tetangga yang tinggal persis di sebelah apartemenku.

Aku sempat berjumpa dan berkenalan dengan remaja tampan itu ketika aku lihat dia sedang kesulitan membuka kunci-pintu apartemennya.Aku pun berusaha membantunya dan kebetulan berhasil.Sebetulnya tak ada masalah dengan kunci-pintu itu, boleh jadi Allan saat itu sedang stres atau melamun,sehingga dia lupa cara memutar kunci-pintu itu kekiri atau kekanan.

Mungkin juga aku jadi tergerak mau membantu Allan karena melihat ketampanam pemuda-remaja itu.Sebab saling-bantu bukanlah norma yang berlaku dalam budaya barat dimana aku dibesarkan.Setelah kunci-pintu terbuka,kamipun saling berkenalan dan sejak itu aku tahu nama pemuda-remaja itu Allan Wira. Allan menyilahkan aku masuk ke apartemennya.Aku pun masuk dan kemudian duduk di apartemen Allan, mungkin karena aku terpikat pada ketampanannya.

Waktu itu Allan belum lama pindah ke Jakarta dan mungkin dia masih agak kesepian. Sebab, aku lihat Allan menikmati kesempatan ngobrol denganku saat itu.

Menurut Allan,orang-tuanya tinggal di kota lain dan dia dibelikan apartemen itu untuk tempat tinggalnya selama kuliah di Jakarta.Allan kuliah di suatu perguruan tiggi swasta yang [aku tahu] mahal dan prestigious [bergengsi] di Jakarta.

Tentu saja aku tidak tanya, kenapa Allan tidak memilih kuliah di luar-negeri atau di perguruan tinggi negeri[milik Pemerintah].Pertanyaan yang sifatnya pribadi atau private seperti itu sering-kali muncul dari orang Indonesia. Tetapi bagiku yang dibesarkan dalam budaya barat, pertanyaan seperti itu aku anggap tidak sopan. Sesuai norma budaya barat,aku juga tidak tanya orang-tua Allan kerja apa atau jadi apa.

Sejak aku kenal Allan aku jadi makin betah berada di Jakarta. Akibatnya aku jadi makin sering pergi ke Jakarta dengan alasan ada “urusan dinas”,tentu saja aku ke Jakarta dengan biaya dinas [PBB].

Apalagi di apartemenku ada Firman yang setiap saat boleh aku hajar, aku siksa, dan aku perkosa semauku, atau kontolnya aku main-mainkan sampai pejuhnya muncrat keluar berceceran kemana-mana. Agh! Sungguh permainan yang mengasyikkan, bukan? Ta’i! Setiap kali aku ke Jakarta, aku selalu berusaha kontak Allan dan sekali-sekali aku juga membawa sesuatu untuknya. Agar tidak menyolok aku hanya sekali-sekali saja membawa oleh-oleh dan aku tahu apa yang disukai mahasiswa seusia Allan itu.

MENUTUP-NUTUPI KEKEJAMAN

Dengan berjalannya waktu,aku makin terpikat pada Allan yang memang tampan dan menawan itu. Allan juga makin sering dan makin terbiasa menerima aku di apartemennya atau pun sebaliknya - Allan yang datang ke apartemenku. Aku selalu berusaha agar aku yang datang ke tempat Allan,bukan sebaliknya.

Aku khawatir kalau Allan sering-sering datang di apartemenku, kebiasaanku memperlakukan Firman sebagai budak-sex[sex slave] dengan kejam, sadis, dan tidak berperi-kemanusiaan,bisa diketahui oleh Allan. Firman adalah pembantu-rumah-tangga laki-laki yang sekaligus menjaga apartemenku dan juga merangkap sebagai budak sex atau sex-slave yang sering aku hajar,aku siksa,dan aku perkosa semau-ku!

Jika aku tidak ada di rumah atau sedang tidak di Jakarta,memang Firman aku larang menerima tamu di apartemenku, siapa pun juga!Kecuali atas izinku.

Kalau Firman berani melanggar laranganku itu,dia juga sudah tahu risiko hukumannya.Yang pasti akan aku hajar dia sampai pingsan.Setelah itu dia juga masih akan aku serahkan lagi pada perwira-pembina nya untuk “diberi pelajaran” lebih lanjut.Biasa- nya Firman tidak tahan jika dia dihajar perwira-pembinanya.Sampai-sampai dia nekat memohon-mohon agar perwira-pembinanya berhenti menyiksa.Tentu saja permohonannya itu tidak pernah dihiraukan.

Perwira sadis itu baru berhenti menyiksanya hanya kalau Firman sudah pingsan[semaput],tidak sadar-kan diri!Perwira-pembina itu sudah biasa menyiksa tahanan militer dengan kejam, karena itu dia juga “berdarah dingin” kalau menyiksa Firman!

Salah satu siksaan yang disukai perwira-pembina-nya adalah Firman dipaksa lari telanjang-bulat di lapangan olah-raga,sementara perwira[CPM]itu meng -ikutinya dari belakang sambil membonceng sebuah sepeda motor dan tidak putus-putusnya mencambuki tubuh Firman dari belakang dengan cambuk-kuda yang besar atau kabel-antena TV!

Siksaan yang lain yang juga merupakan favorit ada lah memaksa Firman untuk merayap telanjang-bulat, kedua tangan ditelikung kebelakang dan diborgol. Paha dan pergelangan kaki juga dirantai. Dalam posisi demikian itu Firman terpaksa menggerakkan tubuhnya untuk maju dengan mengandalkan dada dan perutnya. Perwira-pembina itu akan “membantu” memberi semangat dengan menghajar paha belakang, punggung,bokong,dan betis Firman dengan lecutan-lecutan cemeti yang SEKERAS-KERASSNYA[!].Supaya lebih “berkesan”, Firman dipaksa merayap di tanah yang berbatu kerikil tajam atau di tempat parkir yang diaspal atau di jalan aspal di tengah hari yang panas-terik.

MENGGAULI DAN MENCABULI ALLAN

Aku suka menengok Allan di apartemennya, karena jika Allan ada di rumahnya sendiri dia selalu hanya berpenutup minim, yaitu hanya mengenakan kancut. Model kancut yang dipakai Allan sangat minim dan maximum exposure,tapi cukup kuat untuk mencegah biji-peler menjadi kondor[burut,hernia].

Karena minimnya kancut Allan, selalu saja bagian atas hamparan jembutnya yang hitam itu terlihat. Kancut yang dipakai Allan adalah jockstrap atau supporter,tapi bagian belahan pantatnya tertutup. Walaupun penutupnya hanya semacam tali-kain saja. Allan tidak ragu atau pun risih hanya mengenakan kancut meskipun aku sedang bertamu di rumahnya. Mungkin karena Allan sudah menganggap aku orang dekat.

Karena seringnya aku jumpa Allan dalam keadaan nyaris-telanjang maka aku hafal bagian-bagian tubuh Allan yang paling pribadi. Pernah juga aku melihat Allan telanjang bulat karena dia mandi di kamar mandi tanpa menutup pintu. Ketika itu aku lihat dengan tenang Allan mandi telanjang bulat. Sekali-sekali tubuhnya mengarah frontal ke tempat aku duduk.Aku pura-pura terus menonton acara TV di hadapanku.Meskipun sekali-sekali aku mencuri pandang keindahan tubuh remaja lelaki yang sedang telanjang-bulat sempurna itu!

Tubuhnya yang putih-bersih, basah berkilat oleh air mandinya, ditingkah oleh hitamnya hamparan jembut yang melatar-belakangi kontolnya berukuran besar dan disunat-ketat serta digantungi sepasang biji-peler yang membulat,berukuran serasi dengan ukuran kontolnya.

Ketika dia menyabuni punggungnya kiri dan kanan, tangannya otomatis terangkat keatas sehingga aku pun dapat melihat pola pertumbuhan bulu-keteknya yang lebat memanjang di dataran ketiaknya! Agh! Indah dan jantan sekali tampaknya!

Ternyata memang tubuh Allan amat indah.Otot dada-nya menonjol ke depan dihiasi dengan puting susu yang tegang dan melenting tertancap di masing-masing “puncak bukit” dadanya.Sedangkan perutnya rata tetapi bertonjolan otot-otot membentuk pola six-packs.Pinggangnya yang ramping membuat lekuk indah dengan pinggulnya,seakan merangsang lelaki yang suka-sejenis untuk memeluk dan mencabulinya! Selesai mandi, Allan mengeringkan badan di luar kamar mandi [telanjang-bulat] sambil dia menyanyi -nyanyi kecil diseling bersiul-siul. Sejak aku berkesempatan menikmati pemandangan ketelanjangan Allan Wira,aku makin sayang dan hormat [respect] kepadanya!

Aku bersyukur diberi kesempatan dan kehormatan menikmati pemandangan ketelanjangan tubuh Allan! Aku bersyukur tercipta sebagai homosex sehingga aku dapat menikmati keindahan tubuh Allan seutuh-nya!

Aku jadi terkenang pada para penyiar-cowok Metro-TV yang ganteng seperti Abdul(Rahman)Rasyid[yang sudah pindah-kerja],Tommy Tjoktro,Prabu Revolusi dan Yos Kusuma!Di Dili,aku sering menonton Metro TV untuk melancarkan bahasa Indonesiaku.Aku jadi berpikir,apakah jika para penyiar-cowok Metro-TV ini telanjang-bulat,aku juga akan melihat tubuh yang seindah tubuh Allan Wira?.Aku sudah pernah melihat Tommy Tjokro telanjang-dada dan dia hanya mengenakan celana renang! Ternyata bulu-keteknya sangat lebat!

Dengan berjalannya waktu, hubunganku makin dekat dengan Allan. Aku sering bercerita pada Allan tentang pekerjaanku dan karirku. Allan mengata-kan bahwa dia makin tertarik pada bidang hukum internasional dan dunia diplomasi. Allan sedang berpikir-pikir untuk memilih jurusan hubungan internasional atau hukum internasional untuk studinya di perguruan tinggi.

Kedekatanku dengan Allan juga menyebabkan aku bukan hanya makin sering berkunjung di apartemen Allan, melainkan aku juga mulai diajak menginap di apartemen Allan. Kata Allan :

“Mas Yuan sekali-sekali nginep di tempat saya. Nemenin saya. Biar aja Firman jagain apartemen Mas Yuan”.

Allan memanggil aku dengan panggilan “Mas Yuan”, karena aku keberatan dipanggil “Bapak”[Pak Yuan]. Karena Allan sudah dua kali minta aku menginap, maka pada suatu kali permintaannya aku penuhi. Sepulang dari makan malam bareng Allan di luar, aku langsung menginap di apartemen Allan. Allan minta aku tidur di kamarnya. Padahal di kamarnya hanya ada satu tempat tidur.Meskipun tempat tidur itu cukup besar dan dapat muat dua orang dewasa.

Seperti trend anak-anak muda dan remaja masa kini yang sangat menjunjung kebebasan,Allan juga tidur bertelanjang-bulat! Aku dengar remaja Indonesia yang cowok dan anak orang kaya [yang punya kamar tidur sendiri] dan juga para cowok selebritis pada saat cerita ini ditulis,umumnya sudah biasa tidur telanjang bulat.

Aku mengimbangi Allan dengan tidur bertelanjang-bulat. Bagiku tidak ada masalah untuk telanjang-bulat!Karena tubuhku enak dilihat, baik otot-otot tubuhku maupun bentuk dan ukuran kontolku. Semua itu berkat latihan fisik intens yang tidak pernah terputus aku lakukan setiap hari sejak aku umur enam-belas tahun.Sedangkan ukuran kontol dan biji -pelerku yang tak kalah gede dengan punya Ricardo Gelael - aku dapatkan dari sononya, dari nenek moyangku Spanyol macho!Melihat tubuhku yang ber- telanjang-bulat, Allan sempat berkomentar :

“Wah,badannya bagus,ya Mas?”,aku menimpali dengan se-netral dan se-indifferen mungkin dan menjawab:

“Agh! Badan Allan juga prima”

Malam itu aku berbaring di samping Allan. Kami berdua terlentang telanjang-bulat. Aku sudah ber-hasil mengendalikan nafsuku. Aku mengira Allan cowok biasa yang straight.Ketika aku sudah mulai mengantuk, tiba-tiba aku merasakan tubuh Allan merapat ke tubuhku dengan nafas memburu dan agak tersengal-sengal. Entah apa maksudnya. Dia lalu berkata seperti orang memeohon :

“Mas. Allan nggak tahan!”, kemudian dia menarik lenganku seperti akan mendekatkan wajahnya ke wajahku [minta dicipok?].

Tentu saja aku harus berpikir keras,untuk memutus -kan apakah aku akan berpura-pura straight atau aku akan menerima “tawarannya”.Akhirnya aku putus -kan untuk memanfaatkan momentum dan kesempatan emas itu.Akupun memeluk Allan, melumat bibirnya, mengelus punggungnya,meraba-raba dan memain-main-kan puting susunya, mengobok ketiaknya, merogoh kontolnya, sementara mulutku tak putus-putusnya mencipoki dan melumat bibir dan mulutnya serta menyedot air-liurnya.Aku berterima-kasih dan aku amat bersyukur, bahwa berahi dan keinginanku mau mencabuli Allan akhirnya tersalurkan. Malam itu Allan aku kendalikan dan aku atur. Sebetulnya Allan yang memulai permainan cabul itu tapi alih-alih aku yang memimpin permainan bejat itu.

Setelah puas menggerayangi tubuhnya, lalu Allan aku suruh terlentang,kemudian belahan pantatnya aku lebarkan dengan tanganku sehingga silitnya tampak jelas.Kemudian sambil aku berdiri, tanpa ampun aku menyodomi silit Allan.Sengaja kontolku aku sentakkan kedalam silitnya agar Allan kaget dan kesakitan!Sehingga Allan merasa seperti gadis yang diperawani [deflorasi] selaput-daranya atau hymen-nya, yaitu merasa kaget dan nyeri!Ternyata benar Allan merasa kesakitan sampai dia menjerit kesakitan :”AGH!”. Aku jadi tambah bernafsu dan sengaja aku sentak-sentakkan kontolku ke boolnya yang perawan itu!

Allan terlentang dan aku menyodominya sambil aku berdiri.Karena itu aku dapat melihat wajah Allan yang menarik rona amat kesakitan dan bagian depan tubuhnya yang indah dan telanjang! Agaknya Allan tidak tahan lagi dan dia mulai mengeluh :

“Sakit, Mas!”

Untuk mengurangi rasa sakit di silit Allan maka aku memompakan kontolku ke lobang pantat Allan sambil tidak putus-putusnya tanganku mengocok kontolnya. Agaknya kocokan tanganku di kontolnya dan sodokan kontolku di kelenjar prostat Allan [dari arah lobang pantat], menciptakan sensasi nikmat [bercampur nyeri].Sebab,akhirnya aku dapat melihat muncratnya lendir-putih yang ber-aroma pejuh dari lobang kencing di ujung kontol Allan [yang tampak tegang dengan kepala kontolnya merah -ungu berkilat]CROOOOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOOOOOT!.Satu detik kemudian pejuhku pun muncrat keluar tak tertahan lagi : CROOOOOT! CROOOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOT!Pejuh kami berdua sempat muncrat bareng!

Sesudah ngentot,kami berdua tertidur.Tubuh Allan dan tubuhku masih penuh ceceran pejuh.Tetapi kami tidak mandi atau membersihkan diri. Menjelang subuh aku terbangun, kontolku ngaceng, sehingga aku “terpaksa” mengajak Allan agar dia mau aku entot lagi.Untunglah Allan tidak keberatan.Maka tanpa ampun lobang silit Allan aku rojok lagi dengan kontolku dan dia terdengar menjerit lagi kesakitan :”AGH!” Mungkin pantat Allan ambeien [wasir],sebab dia selalu kesakitan kalau dientot lobang pantatnya!

EPILOG

Sejak kejadian itu Allan seringkali minta aku menginap di apartemennya.Jika aku menginap,sudah pasti Allan akan minta aku entot lobang-pantatnya atau aku kocok kontolnya. Kadang-kadang dia juga minta diisap kontolnya. Aku “tut wuri handayani” saja. Aku penuhi keinginan Allan sepanjang aku bisa.Why not? Kalau tindakan kita bisa membahagia -kan seseorang, mengapa tindakan itu tidak kita lakukan? Tidak ada salahnya berbuat baik untuk seseorang, bukan?

Meskipun demikian aku berkali-kali mengingatkan Allan,seandainya dia bukan homosex,sebaiknya dia tidak membiasakan diri melakukan hubungan sex sejenis!Tapi setiap kali aku beritahu,Allan hanya mengatakan :”Iya.Iya” saja.Setelah itu dia minta disodomi lagi! Yach!Aku bisa apa? Lagipula cowok homosex mana yang sanggup menolak ajakan main sex sejenis dari remaja setampan Allan? Agh! Mana tahaaaan???

Sejak aku kenal Allan maka beban siksaan, perkosa -an, dan penderitaan Firman agak berkurang.Sebab, sebagian besar waktuku di Jakarta aku gunakan untuk menggauli dan mencabuli Allan! Bahkan aku seakan-akan sudah lupa bahwa aku Country Director suatu badan PBB di Dili, Timor Leste. Di dalam otakku yang terpikir bukan nasib anak berandalan di Timor Leste, melainkan kontol, bool, puting-susu, jembut, bulu-ketek, dan pejuh Allan.Hebat, bukan?

1 komentar: