Selasa, 06 Januari 2009

Perjalanan Panjang Kehidupan Seksual Metropolis

Di sebuah desa di daerah Jawa Barat, terlahirlah seorang bayi perempuan mungil nan cantik. Tangisan sang bayi menyeruak di tengah sunyinya malam dan diiringi senyum penuh kebahagiaan sepasang suami istri yang menyambut kelahiran anak pertamanya. Bayi mungil itu diberi nama “Anissa Riyanti” (biasa dipanggil Anis). Anis kecil tumbuh menjadi remaja yang manis, ceria, pandai, ramah, rajin, dan sangat berbakti pada orang tua.

Pada saat memasuki usia 14 tahun, Anis kecil mulai menapaki masa remajanya, dimulai dengan bertambah besarnya payudara sampai tumbuh bulu-bulu tipis di antara kedua pangkal pahanya. Pada usia itu juga Anis mulai merasakan keanehan dalam dirinya, seringkali gadis kecil ini merasakan sesuatu yg bergejolak di dalam dirinya, terkadang detak jantungnya tak beraturan, dan sering susah tidur karena pikirannya melayang kemana-mana seperti ada sesuatu yg mengganggu pikirannya. Keadaaan ini terus berlangsung bertahun-tahun tanpa ia tahu penyebabnya.

Pada masa SMU (sekitar usia 16 atau 17 tahun), pertumbuhan Anis mencapai kesempurnaan. Tinggi badannya 165 cm dgn berat 54 kg dan ukuran payudara 34C (sedikit lebih besar dari teman2 seusianya), membuat Anis terlihat agak montok dan menggemaskan. Walaupun wajahnya tidak terlalu cantik, tapi dengan kulitnya yg kuning langsat, senyumannya yg manis dan rambut panjang tergerai cukup menarik perhatian teman2 pria di sekolah dan juga tetangga2-nya di rumah. Apalagi dengan kepandaiannya di sekolah, menambah banyak teman2 yg menyukainya dan berusaha mendekatinya. Beberapa laki2 di sekolah pernah menyatakan perasaannya, tapi selalu ditolak secara halus oleh Anis, karena Anis memilih untuk berkonsentrasi penuh terhadap studinya untuk mencapai cita2nya menjadi seorang Dokter Anak.

Laki2 di kampungnya juga tak kalah tertariknya, bahkan ada yg sampai langsung melamar Anis. Setiap minggu pagi, para lelaki di kampung Anis selalu menyempatkan diri untuk lewat di rumah Anis,karena pada saat itu biasanya Anis menjemur pakaian di halaman rumahnya dgn hanya mengenakan sarung yg dililitkan di tubuhnya. Bahkan ada yg sengaja mengintip dari semak2.

Singkat cerita, Anis berhasil mewujudkan impiannya dengan mendapatkan bea siswa untuk melanjutkan kuliah jurusan kedokteran di sebuah universitas terkenal di kota Jakarta. Dan selama studi di Jakarta, sang ibu bermaksud untuk menitipkan Anis di rumah Tante Ita, adik perempuan ibu Anis yg tinggal di Jakarta bersama suaminya, Om Dito. Kemudian ibu Anis segera mengabarkan rencana tersebut dan meminta ijin kepada Tante Ita & Om Dito agar Anis bisa tinggal bersama mereka.

Jakarta, pada saat yg bersamaan

Mmmhh…mmmhhhh…aahhh..ohhhh…mas..mas Dito…ngghhh…
Begitulah kira2 desahan Tante Ita, ketika Om Dito menghujam-hujamkan penisnya ke liang vaginanya. Pakaian mereka telah berserakan di lantai ruang tengah itu, tubuh telanjang Tante Ita terduduk di sofa dgn pantat yg sedikit terangkat untuk memudahkan Om Dito yg berlutut di depan sofa sambil bergerakkan pantatnya maju mundur untuk menuju kenikmatan puncak. Sekitar 15 menit sudah mereka bercinta dengan posisi itu, kedua tubuh telanjang mereka sudah dibasahi oleh keringat, dan tiba2 kringgg…. kriiinggg…suara telepon yg terletak di atas meja kecil di sebelah sofa cukup mengagetkan kedua pasangan itu, namun belum cukup untuk memaksa mereka mengorbankan kenikmatan tersebut hanya untuk mengangkat telepon. Tapi telepon itu tak henti2nya berdering, sampai akhirnya Tante Ita menyerah dan mengangkat gagang telepon. Terdengarlah suara ibu Anis diseberang sana yg bermaksud untuk meminta ijin untuk menitipkan anaknya. Lain halnya dgn Tante Ita yg menyerah dan mengangkat gagang telepon, Om Dito tetap melanjutkan penetrasinya karena kenikmatan yg dirasakan sudah membumbung terlalu tinggi dan sangat tanggung untuk menundanya sekarang. Kondisi tsb membuat Tante Ita tak bisa berkonsentrasi menjawab telepon dari Kakak tertuanya itu, Tante Ita berusaha menutup mulutnya rapat2 takut desahannya membuat kakaknya curiga.

Mendekati puncaknya, Om Dito mempercepat gerakannya shg membuat Tante Ita kelimpungan. Karena tidak tahan lagi Tante Ita segera mengiyakan saja permintaan kakaknya dan menutup gagang telepon. Kini mulut Tante Ita kembali mendesah dan meracau tidak keruan sambil tangannya meremas kedua payudaranya sendiri untuk menambah kenikmatan. Tidak lama kemudian lenguhan panjang terdengar dari bibir tipis Tante Ita pertanda ia telah mencapai puncak orgasme, kemudian disusul dengan penis Om Dito yg menyemprotkan cairan hangat di dalam liang kewanitaannya. Mereka terdiam sejenak dgn mata terpejam menikmati sisa2 orgasme masing2. Kemudian Om Dito bangkit mencium kening Tante Ita dan berbisik “ Thanks honey…I love you”. Tante Ita tersenyum dan memeluk erat tubuh lelaki yg begitu dicintainya itu.

Keesokan paginya sebelum berangkat ke kantor masing2, seperti biasa Tante Ita & Om Dito duduk bersama di meja makan menyantap sarapan yang sudah disiapkan oleh Bi Ijah (pembantu paruh waktu yg datang pada pagi hari dan pulang pada sore hari). Saat itu Tante Ita mengutarakan permintaan kakaknya yg ingin menitipkan Anis di rumah mereka. Sebenarnya Om Dito keberatan, dgn alasan kehadiran Anis akan mengganggu aktivitas seks yg biasa mereka lakukan di setiap sudut rumah mereka. Ruang tengah (seperti kemaren malam), ruang kerja, ruang makan, dapur, garasi, bahkan di taman belakang rumah, semua sudah pernah dijadikan tempat beradu syahwat oleh dua insan ini. Nafsu birahi pasangan ini tergolong besar, intensitas bercinta mereka juga cukup tinggi (3-5 kali seminggu), belum lagi fantasi seks mereka yang imajinatif dan terkadang liar membuat mereka lebih menyukai bercinta di tempat lain dari pada di atas ranjang yg dianggap terlalu monoton.

Dan untuk alasan itu pula mereka sengaja mencari pembantu paruh waktu, agar mereka bisa mengekspresikan fantasi dan gairah seks mereka sebebas-bebasnya. Tapi apa boleh buat, Tante Ita sudah terlanjur mengiyakan permintaan kakaknya itu dan tentu dia juga tidak enak hati untuk melarang keponakannya sendiri menumpang tinggal di rumahnya. Dan itu berarti kebebasan mereka akan amat sangat terganggu.

Dua minggu kemudian, Anis tiba di Jakarta setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 3 jam dengan kereta. Tante Ita dan Om Dito menyambut kedatangan Anis dengan hangat, setelah ngobrol2 sejenak di ruang tengah Tante Ita mengajak Anis untuk melihat kamar yang akan ditempatinya. Kamar Anis terletak di lantai 2, bersebelahan dgn ruang kerja Om Dito.

Awalnya kamar itu dibuat untuk anak2 mereka kelak, namun sampai sekarang Tante Ita belum berniat untuk memiliki momongan dengan alasan mau berkonsentrasi pada kariernya. Kamar ini cukup besar, apalagi untuk gadis desa seperti Anis yang biasa menempati kamar seadanya. Satu-satunya kekurangan kamar ini hanyalah tidak tersedianya kamar mandi. Jadi Anis harus menggunakan kamar mandi luar yang terletak didepan kamarnya, tapi tentunya itu tidak menjadi masalah buat Anis yg memang sudah terbiasa menggunakan kamar mandi luar di rumahnya.

Hari demi hari, minggu demi minggu telah dilalui, Anis sangat betah tinggal di rumah itu, tak terasa 2 bulan sudah Anis tinggal di sana. Hampir tidak pernah ada masalah yg terjadi antara Anis, Tante Ita, Om Dito, dan Bi Ijah, mungkin karena Anis memang anak yang rajin dan pandai bersosialisasi. Satu-satunya hal yg membuat Tante Ita menegur Anis adalah kebiasaan lama Anis yg mandi tanpa membawa pakaian ganti ke kamar mandi, sehingga dia selalu keluar kamar mandi hanya dengan mengenakan handuk sebatas payudara dan pahanya saja. Walaupun sudah dinasehati, Anis masih sering lupa membawa pakaian ganti, sehingga dia harus berjalan berjingkat-jingkat keluar dari kamar mandi, takut kepergok Tante Ita. Om Dito yang sering melihat kejadian itu dari ruang kerjanya hanya bisa tersenyum, dan setiap kali terlihat oleh Om Dito, Anis selalu meminta supaya Om Dito tidak melaporkannya ke Tante Ita.

Kebetahan dan kebahagiaan Anis tinggal di rumah itu, ternyata tidak sepenuhnya bejalan dengan lancar, ada yang merasa terganggu dengan kehadirannya. Siapa lagi kalo bukan libido Tante Ita dan Om Dito yang bergejolak minta dipuaskan. Selama 2 bulan ini, mereka terpaksa bercinta di dalam kamar saja (di atas ranjang & di kamar mandi) yang tentunya kurang memuaskan bagi mereka. Tidak ada lagi sensasi yang mereka rasakan setelah bercinta. Mereka juga sangat sulit mencuri kesempatan, karena memang Anis hampir tidak pernah keluar rumah di malam hari, kalaupun keluar paling hanya membeli nasi goreng di ujung jalan.

Bukan hanya libido mereka saja yang tidak tersalurkan, begitu juga dengan fantasi2 liar mereka yg terbelenggu dalam pikiran masing2. Keadaan ini menjadi semakin parah saat Om Dito mendapat tugas ke luar kota selama 1 bulan. Waktu yg sangat lama bagi pasangan ini, karena sejak menikah mereka belum pernah berpisah lebih dari 1 hari. Dan hal yg paling sulit tentunya menahan gejolak birahi mereka yg tidak tersalurkan selama 1 bulan. Benar saja, baru 5 hari kepergian Om Dito, Tante Ita sudah tidak bisa membendung nafsu birahinya yg menggelora.

Saat itu Tante Ita baru saja pulang dari kantor, seperti biasa dia langsung mandi untuk menghilangkan penatnya setelah seharian bekerja. Tante Ita melepaskan pakaiannya satu per satu, mulai dari blazer merah jambunya, tank top putih, dan roknya yg juga merah jambu. Kini yg tersisa tinggal bra hitam dgn cup rendah dan G-string hitam yg membuat buah pantatnya terlihat lebih padat. Sesaat kemudian Tante Ita sudah menikmati mandi di bawah shower.

Air shower dingin yg mengalir di sekujur tubuhnya dirasakan bagai jari jemari yg membelai tubuhnya dengan lembut. Mungkin karena libido yg sudah tertahan lagi, tanpa sadar tangan Tante Ita mulai bergerak meraba tubuhnya, dari leher perlahan turun menuju payudara. Diremasnya dgn lembut kedua payudara itu, kemudian tangannya bergerak ke belakang untuk melepas kait branya dan bra hitam itu terjatuh ke lantai. Tampaklah kedua bukit indah Tante Ita yg kembali diremas-remas dgn lembutnya. Setelah puas bermain-main dgn payudaranya, tangan kiri Tante Ita mulai merayap pelan menyusup ke dalam G-string hitam yg dia kenakannya.

Terdengar desahan pelan dari bibirya saat bibir vaginanya tersentuh, dan lenguhan mulai terdengar saat jari tengahnya mulai menyusup ke dalam liang kenikmatan itu. Tangan kirinya bergerak keluar masuk di dalam liang vaginanya, sedangkan tangan kanannya masih setia meremas payudara. Kenikmatan mulai menjalar ke sekujur tubuh Tante Ita, gerakan tangannya pun semakin cepat, bahkan jari telunjuknya juga ikut terbenam didalam liang kewanitaannya. Tak lama kemudian tubuh Tante Ita mengejang hebat, otot2 vaginanya mengencang, dan terdengar lenguhan panjang yg menandakan ia mencapai orgasmenya. Itulah kegiatan Tante Ita di saat suaminya di luar kota, tapi tetaplah itu tidak cukup untuk memuaskan birahi liarnya.

Ternyata pekerjaan Om Dito selesai 2 hari lebih cepat dari yg dijadwalkan, dan dia pun segera pulang dgn penerbangan pertama pada hari Sabtu pagi. Tujuannya hanya satu, melepaskan kerinduan dan hasrat seksualnya yg menggebu-gebu bersama istrinya. Di luar perkiraan Om Dito, ternyata di hari libur itu Tante Ita harus meeting bersama atasan dan rekan-rekan kantornya. Om Dito tiba di rumah pada pukul 07.30 wita, dan segera menuju ke kamar, tampaklah Tante Ita yg sedang berdandan di depan cermin. Tanpa banyak basa-basi Om Dito langsung memeluk tubuh Tante Ita dari belakang sambil menciumi lehernya, payudara Tante Ita pun tak luput dari remasan2 yg sedikit kasar, terlihat sekali nafsu yg begitu besar dan sudah lama terpendam siap untuk meledak. Walaupun sempat kaget dgn serangan tiba-tiba itu, Tante Ita langsung bisa mengimbangi permainan suaminya. Dia membalikkan badannya dan melumat bibir suami yg sangat dirindukannya itu, sesaat kemudian Tante Ita mendorong tubuh suaminya sampai jatuh terlentang di atas ranjang.

Tanpa basa-basi lagi, Tante Ita langsung membuka resleting celana Om Dito dan mengeluarkan penisnya yg sudah menegang, sesaat kemudian penis itu sudah dikulum, dijilat, dan dihisapnya dgn nafsu yg membara. Perlahan lidah Tante Ita semakin turun, dijilatnya dgn lembut buah zakar Om Dito, sesekali dihisapnya kedua buah zakar itu secara begantian, sambil tangan kanannya mengocok penis Om Dito. Wajah Om Dito memerah, bibirnya mengulum senyum terlihat begitu menikmati. Di tengah kenikmatan itu tiba-tiba terdengar suara klakson dari depan rumah, ternyata teman sekantor Tante Ita sudah menjemputnya untuk bersama-sama ke lokasi meeting. Langsung saja Tante Ita menyudahi permainannya, dia merapikan dandanannya sejenak, kemudian diciumnya dgn lembut kening Om Dito dan pergi berlalu. Kini tinggallah Om Dito sendiri di kamar itu dgn penis yg masih berdiri tegak dgn gagahnya, tampak kekecewaan dari wajah pria itu, birahinya yg sudah melambung tinggi ke angkasa, tiba2 jatuh terpelanting ke bumi. Tapi apa mau dikata, terpaksa dia harus menunggu kepulangan istrinya untuk menyelesaikan permainan tadi.

Hari itu Bi Ijah tidak bekerja karena sakit, jadilah Om Dito membereskan sendiri koper yg dibawanya, pakaian2 kotor ditaruh di dalam ember di dekat mesin cuci. Kemudian dia menuju ruang kerja dgn membawa tas kerja, tentunya untuk membereskan file-file kertas kerjanya. Ketika sedang asyik merapikan kertas2 yg berserakan di atas meja kerjanya, tiba2 terdengar suara pintu kamar mandi dibuka, refleks Om Dito menoleh ke arah suara itu. Ternyata Anis yg keluar dari kamar mandi itu, dan seperti biasa hanya dgn handuk yg terbelit di tubuhnya. Sebenarnya pemandangan seperti ini sudah biasa dilihat Om Dito, tapi kali ini birahi Om Dito sedang meledak-ledak dan susah untuk ditahankan, apalagi sejak tadi penis Om Dito tak henti2 berdenyut, shg muncul pikiran2 nakal dalam benak pria berbadan tegap ini. Mata Om Dito menatap tubuh Anis dgn tajam, dan setelah diperhatikan ternyata memang ada sedikit perbedaan dari biasanya. Kali ini handuk yg dikenakan Anis tidak terbelit dgn rapi, terlihat asal-asalan, handuk itu hanya menutupi sampai pangkal paha saja, bongkahan pantatnya pun hampir terlihat. Mungkin karena dia piker dia hanya sendiri di rumah.
“Pagi Nis…” sapa Om Dito dari kamar kerjanya.
Anis yg tidak mengetahui kepulangan Om Dito sedikit terperanjat dan menoleh ke arah suara itu.
“Ehh…Om Dito ngagetin aja..kapan pulang Om??”
“Tadi pagi..”
“ Nis…bantuin Om rapiin kertas2 ini dong..”
“iya Om sebentar..Anis ganti baju dulu”
“Gak usah dehh..sebentar aja koq..setelah ini baru ganti baju..okay??”
“Ok dehh..”
Gadis polos ini segera masuk ke ruang kerja tanpa curiga sedikit pun, langsung saja dia merapikan kertas2 tersebut dgn petunjuk dari Om Dito. Tak henti2nya Om Dito mengamati tubuh gadis lugu ini, libidonya pun semakin memuncak dan tak tertahankan lagi. Entah setan mana yg merasuki pikiran Om Dito, tiba2 tubuh gadis itu dipeluk dari belakang, bibirnya memburu leher Anis dan menciuminya. Menerima perlakuan seperti itu Anis meronta-ronta berusaha lepas dari dekapan Om Dito, tapi sia2, tangan Om Dito yg kekar tak bergeming. Tapi Anis tak menyerah begitu saja, digigitnya tangan Om Dito sampai pegangannya terlepas. Anis berusaha lari ke kamarnya, tapi belum sempat dia melewati pintu ruangan itu, Om Dito sudah meraih tangannya dan menariknya dgn kasar sampai terjerembab ke lantai. Om Dito langsung menutup pintu dan menguncinya. Anis yg ketakutan meringkuk di sudut ruang kerja itu, sambil menangis tersedu-sedu, dan memelas meminta Om Dito menghentikan perbuatannya. Tapi Om Dito yg sudah gelap mata sama sekali tak menghiraukan permintaan keponakannya itu, digengamnya kedua lengan gadis itu, dan diangkat dgn kasar sampai tubuh Anis berdiri. Sejurus kemudian Om Dito berusaha menarik handuk yg dikenakan Anis, gadis itu berusaha sekuat tenaga mempertahankannya, tapi lagi2 usahanya sia-sia, dan lagi2 tubuh telanjang Anis terjatuh ke lantai untuk kedua kalinya. Anis bersimpuh di lantai, kedua tangannya disilangkan untuk menutupi buah dadanya, tenaganya sudah habis, tidak ada yg bisa dia lakukan lagi selain menangis dan menangis. Nafsu binatang benar2 menguasai Om Dito, dia mencekik leher Anis dari belakang dan mendorongnya ke lantai sampai pipi gadis itu terbentur lantai. Dorongan keras itu membuat bokong Anis terangkat seperti orang yg sedang menungging, dan kemaluannya terlihat mengintip di antara kedua bongkahan pantat mulusnya. Om Dito dgn cepat menurunkan celananya dgn tangan kiri dan mengarahkan penisnya ke liang kemaluan Anis, sedangkan tangan kanannya masih mencekik leher jenjang gadis itu. Anis kembali berusaha melakukan perlawanan dgn sisa tenaganya, tapi Om Dito memperkeras cekikannya membuat sang gadis terkulai lemas dan benar2 tidak berdaya. Penis Om Dito mulai merangsek masuk ke dalam liang vagina Anis yg sempit, walaupun agak sulit menembusnya, tapi hentakan yg kuat membuat kepala penisnya masuk ke liang kenikmatan Anis diiringi dgn teriakan Anis menahan perih. Melihat korbannya sudah menyerah, Om Dito menjadi sedikit santai, perlahan-lahan dia menarik penisnya dan mendorongnya kembali, sesekali ditekan lebih keras agar penisnya bisa lebih masuk lagi. Setelah berkali-kali mencoba, akhirnya sebuah hentakan yg cukup keras berhasil menenggelamkan ¾ penis Om Dito ke dalam liang vagina Anis, diiringi oleh darah perawan yg mengalir dan jeritan Anis menahan perih. Mulailah Om Dito menggerakkan penisnya keluar masuk, mencari kenikmatan yg sudah lama tidak dirasakannya, makin lama gerakannya makin cepat. Vagina Anis yg masih sangat sempit membuat Om Dito begitu menikmati penetrasinya. Tak lama kemudian kenikmatan orgasme mulai membayangi Om Dito, gerakannya dipercepat untuk mengejar kenikmatan itu. Tubuh Om Dito menegang, kini kedua tangannya berpindah ke pinggul Anis, kemudian digoyang ke depan dan belakang untuk menambah kenikmatannya. Anis sama sekali tidak melakukan perlawanan lagi, walaupun cekikan di leher yg sedari tadi menahan rontaannya sudah terlepas, dan tidak ada lagi air mata yg menetes. Rupanya gadis ini merasakan sesuatu yg luar biasa dalam dirinya, sebuah sensasi yg tidak dapat dilukiskan dengan kata2, makin cepat gerakan Om Dito, makin dalam pula sensasi yg dirasakannya. Tiba-tiba tubuh Om Dito mengejang hebat, pertanda ia akan mencapai orgasmenya, dan crottt…crroott..crottt….cairan putih yg kental dan hangat membaluri liang kewanitaan Anis bercampur dgn darah perawannya.

Setelah nafsunya terpuaskan, Om Dito meninggalkan Anis begitu saja menuju ke kamarnya. Sementara itu, Anis merasakan kedua kakinya sangat lemas, dgn sisa2 tenaganya ia berusaha untuk bangkit dan berjalan menuju kamarnya. Sampai di kamar Anis menjatuhkan tubuhnya yg masih telanjang ke atas ranjang, wajahnya terlihat seperti orang bingung. Di satu sisi Anis merasakan penyesalan yg mendalam atas perkosaan yg merenggut keperawanannya, tapi di sisi lain dia merasakan sebuah sensasi kenikmatan yg sangat luar biasa, seperti ada sesuatu yg telampiaskan di sana. Akhirnya Anis sadar bahwa perasaan yg sering tak menentu, detak jantung yg sering tak beraturan itu, dan gejolak yg terpendam selama bertahun-tahun dalam dirinya telah terpuaskan. Muncul sebuah pertanyaan yg berkecamuk dalam hati Anis,
“Benarkah aku menginginkan semua ini??”
“Ahh..tidak mungkin…tidak mungkin..!!..”
Anis berusaha menghilangkan pikiran2 itu dari benaknya. Hari itu dihabiskannya dgn mengurung diri di dalam kamar, berusaha untuk melupakan kejadian tadi pagi. Sesekali ingatannya kembali melayang ke peristiwa itu, tapi anehnya bukan kemarahan ataupun kepedihan yg dia rasakan saat mengingatnya, yg terbayang adalah sensasi kenikmatan yg dirasakannya saat itu. Sementara itu Om Dito sedang duduk terpaku di ujung ranjangnya merenungi perbuatannya, ada penyesalan yg mendalam dirasakannya, dia tidak percaya dirinya tega berbuat sebiadab itu pada keponakannya, belum lagi perbuatannya itu merenggut mahkota kegadisan Anis. Sesekali dia memukul-mukul kepala dgn tangannya, dia benar2 bingung, dia takut Anis akan mengadukan perbuatannya ke istrinya. Sekilas terbersit keinginan untuk meminta maaf kepada Anis, tapi dia tidak punya cukup keberanian untuk menemui gadis itu lagi. Om Dito memutar otaknya untuk mencari jalan keluar, tak terasa jam tangannya sudah menunjukkan pk 18.30 wib, itu berarti sebentar lagi istrinya akan pulang. Om Dito semakin panik, dia belum mendapatkan jalan keluar selain meminta maaf pada Anis dan memohon agar tidak mengadukannya ke Tante Ita., tapi dia belum punya cukup keberanian untuk itu.
Tiba2 suara telepon selulernya membuyarkan lamunan Om Dito, ternyata ada SMS dari Tante Ita. Jantung Om Dito berdegup kencang, “jangan2 Anis sudah menelpon tantenya untuk mengadu”, pikirnya. Setelah menghela nafasnya untuk menenangkan diri, dibacanya SMS dr istrinya itu, ternyata Tante Ita hanya mengabarkan bahwa dia mungkin baru pulang jam 22.00 malam karena meeting-nya belum selesai. Om Dito tersenyum lega, itu berarti dia masih punya waktu untuk berbicara dgn Anis. Setelah selama satu jam mengumpulkan keberanian, akhirnya Om Dito beranjak menuju kamar Anis.
“Tokk..tokk..Anis boleh Om bicara sebentar..??” tapi tidak ada jawaban dari Anis. Setelah mengetuk pintu berulang-ulang tapi tidak ada jawaban, Om Dito mencoba membuka pintu itu, ternyata tak terkunci. Dilihatnya Anis sedang duduk di tepi tempat tidur, degan wajah tertunduk.
“Boleh Om masuk Nis..??”
Anis menganggukkan kepalanya pelan tanda setuju. Kemudian Om Dito duduk di sebelah Anis, dibelainya rambut gadis itu sambil berkata,
“Anis..Om minta maaf…Om benar2 khilaf, dan om janji tidak akan mengulanginya lagi..kamu boleh minta apa saja asal kamu jangan ngadu ke Tante Ita..”
Tidak ada sepatah pun jawaban dari Anis, dia hanya tertunduk sama sekali tidak menoleh ke arah Om Dito. Tapi Om Dito tidak berhenti sampai disitu, dia beranjak dari duduknya dan berlutut di hadapan Anis dengan begitu Om Dito bisa memohon maaf sambil menatap wajah Anis, kedua tangan Om Dito diletakkan di atas paha Anis. Sejenak pandangan mereka beradu, tapi tak ada sama sekali kebencian yg terpancar dari tatap mata Anis. Om Dito kembali menatap kedua mata Anis dalam2, tapi tetap saja dia tidak melihat kebencian ataupun kemarahan sama sekali, sorot matanya redup seakan-akan mengharapkan sesuatu. Om Dito benar2 heran melihat situasi ini, belum lagi saat tanpa sengaja tangan Om Dito bergerak sedikit naik di atas paha Anis, gadis itu menggigit bibir bagian bawahnya. Sontak naluri Om Dito mengatakan gadis ini menginginkannya. Tapi Om Dito belum yakin, kembali dielusnya paha Anis yg masih tertutup daster berwarna ungu muda itu, ternyata Anis memejamkan matanya terlihat menikmati sentuhan itu. Situasi itu membuat keragu-raguan Om Dito sirna, dia melancarkan serangan yg lebih berani lagi, tangan diselipkan di bawah daster Anis, dan mengelus paha mulus gadis itu perlahan-lahan. Anis masih memejamkan matanya, bibirnya sedikit terbuka, sesekali digigitnya bibir bagian bawahnya, Anis benar2 tidak bisa mengendalikan gejolaknya lagi, dia benar2 menginginkan kejadian tadi pagi terulang kembali. Desahan kecil terdengar dari bibir gadis ini saat bibir Om Dito mencium pahanya. Ciuman Om Dito merambat naik ke pangkal paha Anis, sesekali lidahnya dijulurkan menjilat lembut bagian sensitive Anis yg sudah basah. Tubuh Anis menggelinjang saat Om Dito melumat dan menghisap vagina Anis yg masih ditutupi celana dalam. Dan tanpa menunggu perintah lagi, Anis mengangkat sedikit pingulnya untuk memudahkan Om Dito menarik turun celana dalamnya. Kembali Om Dito membenamkan kepalanya di selangkangan Anis, kini lidahnya bermain di dalam vagina Anis, sesekali dihisapnya klitoris Anis, yg membuat gadis ini menggelinjang keenakan. Anis begitu menikmati permainan lidah Om Dito, sebuah sensasi yg luar biasa dan belum pernah dialaminya sebelum ini, tidak juga tadi pagi. Nafas Anis mulai tak beraturan, desahan, rintihan, dan lenguhan terdengar dari bibir gadis ini, sampai tiba2 tubuh Anis mengejang hebat, disertai dgn lenguhan panjang menandakan gadis ini mencapai orgasme pertamanya. Mata Anis masih terpejam menikmati sisa2 orgasmenya, ada senyum kepuasan dari bibirnya, Om Dito pun menghentikan kegiatannya sejenak guna memberikan waktu gadis ini menikmati orgasme pertamanya., sambil membersihkan mulutnya yg dipenuhi lendir2 dari vagina Anis.
Sesaat kemudian Anis membuka matanya, dilihatnya Om Dito yg sudah telanjang bulat dgn penis yg berdiri tegak. Om Dito menghampiri Anis dan berusaha melepas daster yg dikenakannya, Anis pun menurut saja diangkatnya kedua tangan untuk memudahkan Om Dito melepaskan daster ungu muda itu. Kini tangan Om Dito beralih ke bagian punggung Anis untuk melepaskan kait bra Anis, dan lagi2 gadis ini membiarkannya. Rupanya Anis sudah benar2 tersihir oleh sensasi kenikmatan orgasme yg dirasakannya. Anis pun menurut saja saat Om Dito membuka kedua pahanya lebar2 dan mulai mengarahkan penis ke liang kemaluannya. Kali ini jauh lebih mudah dari pagi tadi, karena Anis sudah benar2 terangsang shg vaginanya sudah basah dan siap untuk disetubuhi. Meskipun begitu, vagina Anis masih sangat sempit untuk panis om Dito yg tergolong besar itu, shg Om Dito tidak bisa langsung membenamkan seluruh penisnya ke liang kenikmatan itu. Perlahan tapi pasti Om Dito menekankan penisnya ke liang vagina Anis, sampai akhirnya dia berhasil membenamkan seluruh penisnya. Anis begitu menikmati penetrasi itu, desahannya terdengar setiap kali Om Dito menekan masuk penisnya, semakin lama semakin cepat, belum lagi kenikmatan yg diberikan oleh tangan Om Dito yg meremas kedua payudaranya. Pinggul Anis pun mulai bergerak mengikuti goyangan Om Dito, bahkan saat Om Dito menghentikan goyangannya, Anis tetap menggoyangkan pinggulnya seakan tidak rela melepaskan kenikmatan itu. Sesaat kemudian tubuh Anis kembali menegang, kedua tangannya meremas sprei, dan bibirnya meracau tidak keruan. Melihat itu Om Dito yg juga hampir mencapai puncak, semakin mempercepat goyangannya, kemudian lenguhan panjang yg cukup keras terdengar dari bibir Anis, diikuti dgn muntahan sperma dari penis Om Dito yg membaluri liang vagina Anis. Mereka mencapai orgasme secara bersamaan, sejenak terlihat senyum kepuasan dari bibir mereka berdua. Permainan mereka diakhiri dgn kecupan Om Dito di bibir mungil Anis.

TAMAT

Pertemuan Cinta di Kereta Api

Aku kebetulan ada tugas di Jakarta, berangkat tanggal 1 Februari 2001. Aku pergi ke sana naik kereta eksekutif. Ah enaknya udara AC di kereta, begitu duduk aku langsung ngantuk. Tapi tidak disangka di sampingku ternyata duduk seorang cewek yang bukan main cantiknya.
“Selamat siang Mbak?” kataku basa-basi.
“Siang Mas,” kata si cewek pendek.

Setelah meletakkan tas di rak atas kepala, aku pun duduk di samping si cantik itu. Biar lebih detail aku perinci penampilan si cewek ini. Wajah mirip Tia Ivanka dan bodinya mirip Nafa Urbach, putih hidung mancung, alis mata tebal (bukan buatan lho), bibir sensual, dagu indah, leher jenjang. Terus ukuran dadanya, aku belum kelihatan karena dia memakai blazer warna hitam.

Sambil menghabiskan waktu di perjalanan, kubaca majalah favoritku, Liga Italia. Emang sih aku ini termasuk maniak bola. Eh rupanya majalahku ini pembawa keberuntungan, karena si cewek cantik itu ternyata tertarik dengan bacaanku ini.
“Mas, seneng bola ya?” tanya si cantik.

“Iya Mbak, kok tanyanya gitu, apa Mbak juga seneng olahraga bola,” tanyaku juga.
Dan ternyata memang dia senang bola jadi kami ngobrol banyak tentang bola.
“Mas kerja apa di Jakarta?” tanya si cantik.
“Saya kerja di kantor pengacara,” kataku.
Pembicaraan kami semakin jauh dan dia menawarkan untuk janjian pergi hari Sabtu malam Minggu di Jakarta. Nah ini dia deh, aku langsung saja tangkap peluang untuk tahu lebih jauh tentang si cantik ini.

Malam itu ternyata kereta yang kunaiki baru sekitar jam 7:00 malam kurang tiba di Jakarta.
“Mas pulangnya naik apa, kalo nggak dijemput ikut saya aja,” kata si cantik itu.
“Saya belum tau deh naik apa, ya naik taksi aja kan banyak,” kataku.
“Udah ikut aja saya, nanti biar diantar supir saya,” desak si cantik lagi.
Akhirnya aku dari Gambir naik mobil si cantik. Setelah sampai di ujung gang aku minta turun di situ.
“Oke ya sampai ketemu, besok saya akan telepon kamu,” kataku pada si cantik.
“Malam Mas, sampai besok ya,” balasnya.

Paginya aku harus bangun pagi-pagi karena mau pergi ke kantor atasanku. Nah setelah selesai meeting di kantor, aku langsung telepon cewek cantik kemarin.
“Hallo, bisa bicara dengan Vivi,” kataku.
“Dari siapa ini,” tanya sebuah suara wanita.
“Ini dari Sony, teman Vivi dari Malang,” kata aku supaya si Vivi tidak lupa.
“Hi Mas, apa kabar, dan gimana acara kami malam ini,” jawab Vivi.
“Saya sih udah siap jemput kamu sekarang,” kataku.
“Ya langsung aja Mas kalau gitu.”

Aku langsung meluncur ke rumah Vivi. Gila benar, ternyata rumah si Vivi ini besar dan mobilnya selusin.
“Wah kamu malam ini beda sekali ya, kelihatan lebih sederhana tapi tetep wah..” kataku sambil jelalatan melihat badannya yang ternyata wah wah wah.
“Ah Mas Sony bisa saja, saya kan emang begini ini,” kata Vivi merendah.
“Gini-gini juga bikin pusing saya nih,” kataku menggoda.
Eh ternyata si cantik itu mencubit lenganku.
“Mas Sony juga paling bisa deh, kemarin katanya karyawan biasa, kok mobilnya Mercy yang baru.”
“Oh itu, itu mobil dinas kok?” kataku.
“Ah Mas ini bisa aja, masak mobil dinas Mercy baru sih..” katanya sambil mencubitku.

Malam itu kami ke restoran mewah. Selesai makan kami ke pub.
“Mas, kalo Vivi minum banyak, nggak pa-pa kan?” tanya si cantik.
“Untuk kesehatan sih jangan, tapi kalau sekali-sekali terserah kamu, masak saya melarang, nanti kamu bilang emangnya elu siapa.”
“Nggak maksudnya Mas Sony nggak pa-pa ngeliat Vivi minum banyak.”
“Oh itu sih oke, saya ini nggak banyak ngatur dan ‘possesive’ ke cewek, yang penting jangan reseh ya!” kataku ke Vivi sambil kupegang dan belai kepalanya.
“Kalo gitu kita minum aja Tequila,” teriak Vivi.
“Aduh ampun deh, kalo minum itu, nanti kalau saya juga teler siapa yang anter,” tanyaku.
“Ya kita nggak usah pulang, kita nginep aja di hotel sebelah.”
“Hah, kamu serius nih..”
“Iya bener, kenapa sih, kok kamu belum ngerti juga kalo saya dari kemarin di kereta udah memperhatikan kamu,” kata Vivi sambil menggalayut ke badanku.

Uh mati deh aku, disosor sama cewek cantik yang umurnya cukup jauh di bawahku.
“Ya kalo kamu bilang gitu saya ikut aja, tapi kamu nggak nyesel dan emang sadar kan ambil keputusan ini,” kataku sekali lagi untuk meyakinkan diriku sendiri.
“Yes darling, I’ve decided and never regret,” kata Vivi sambil memelukku dengan sebelah tangannya.

Dan malam itu aku minum mungkin sekitar 12 gelas kecil Tequila, dan Vivi menenggak tidak kurang dari 6 gelas. Kami berdua sudah mulai tinggi karena kebanyakan minum.
“Vi, pulang aja ya, mumpung saya masih bisa nyetir.”
“Iya deh pulang aja, biar bisa lamaan berduaan sama Mas Sony,” jawab Vivi manja.
Di mobil Vivi sudah tidak bisa menahan diri lagi.
“Mas, Vivi nggak tahan nih.”
“Kamu mau muntah ya,” tanyaku.
“Bukan.. bukan itu, tapi itu tuh, nggak tahan itu,” tangannya dengan jahil menunjuk-nujuk ke pangkal pahaku.
“Vivi buka ya,” katanya dan tanpa menunggu aba-aba, tangannya segera menggerayangi reitsleting celanaku dan mengeluarkan batang kemaluanku yang masih setengah tidur. Dengan perlahan tapi pasti, dilahapnya seluruh batanganku ke dalam mulutnya yang seksi. Dimainkannya ujung batangku dengan lidahnya. Aku merasakan batangku mengeras dan semakin mengeras.

“Vi, aduh gimana nih sekarang, kamu tanggung jawab lho,” kataku menggodanya.
“Ya udah deh cari aja hotel,” kata Vivi sambil terus mengocok batangku, dan dengan tangan satunya dia meremas-remas payudaranya sendiri.
Hotel pun pilihannya jatuh di Hotel ****(edited) Menteng Prapatan. Kami berdua naik ke kamar sudah agak sempoyongan tapi ditegak-tegakkan supaya kelihatannya sehat.

Setibanya di kamar Vivi menyempatkan menelepon ke adiknya.
“Vin, ini aku nginep di Hyatt ****(edited) kamar 900, bilangin bokap ya!”
Aku begitu datang dari kamar mandi mengenakan handuk saja, langsung ditubruk dan handuknya ditarik si cantik yang ganas itu. Sambil mencium dada, perut dan sekujur tubuhku, Vivi dengan tergesa-gesa melepas bajunya dan melemparkannya ke penjuru kamar. Begitu terlepas BH yang menutupi dadanya yang padat itu, terlihat payudaranya yang putih padat dengan putingnya yang terlihat kecil mencuat karena terangsang. Disambarnya batanganku yang sudah tegang karena melihat keganasan dan tubuh Vivi yang indah itu. Sambil menaik-turunkan mulutnya mengikutipanjangnya batangku, tangan kanan Vivi mengusap dan mempermainkan klitoris dan sekitar bulu kemaluannya sendiri, serta sesekali terdengar erangan dari mulutnya yang terus menghisap batangku.

Capek dengan kegiatannya, si cantik itu menjatuhkan badannya ke tempat tidur sambil mengangkat kedua kakinya ke atas. Tangan kirinya membelai rambut kemaluannya sendiri, dan tangan kanannya mempermainkan lipatan-lipatan kulit klitoris di kemaluannya. Aku melihat Vivi seperti itu, langsung ikut membelai bulu kemaluannya yang halus. Kujilat putingnya yang menonjol kecil tapi keras, kujelajahi perutnya yang kencang, kumainkan ujung lidahku di sekitar pusarnya. Dan terdengar erangan Vivi, “Egghh, uhh..” Langsung kuhujamkan ujung lidahku ke lubang kemaluannya yang sudah basah, dengan kedua jempolku, kudorong ke atas lipatan klitorisnya, kupermainkan ujung lidahku di sekitar klitoris itu, “Uuhh, egghh, ahh..” teriak Vivi.

Karena tidak tahan lagi, langsung saja kumasukan batang kemaluanku yang dari tadi sudah sangat keras. Dan ternyata basahnya kemaluan Vivi tidak mengakibatkan rasa licin sama sekali, karena lubangnya masih terasa sempit dan sulit ditembusnya. Begitu terasa seluruh batang kemaluanku masuk di dalam jepitan lubang kemaluan Vivi, perlahan-lahan kupompa keluar dan masuk lubangnikmat itu. Belum terlalu lama aku memompa kemaluan Vivi, tiba-tiba, “Aaahh, uugghh..” teriak Vivi, rupanya dia sudah orgasme. Aku mempercepat gerakan dan teriakan Vivi semakin menjadi-jadi, lalu kuhentikan tiba-tiba sambil menekan dan memasukkan batang kemaluanku sedalam-dalamnya kelubang kemaluannya.

“Oh.. Oh.. Oh.. that was so nice darling, let’s make another,” katanya.
Kubalikkan badannya telungkup ke tempat tidur, dan dari belakang kupompa lagi keluar masuk lubang kemaluannya yang ketat itu, kurebahkan badanku menempel ke punggung Vivi dan kugerakkan pinggulku secepatnya. “Uh.. uh.. uh.. uh.. aduh Mas enak sekali.. aahh..” teriak Vivi lagi karena orgasme yang kedua. Tapi kali ini aku tidak stop, karena aku juga sudah merasakan denyutan yang memuncak di sepanjang batangku. Dan dengan kecepatan penuh kupompa keluar masuk lubang kemaluan ketat itu. Diiringi erangan yang semakin menjadi-jadi dari Vivi, akhirnya aku juga mencapai klimaksnya. Paginya karena hari Minggu, aku tidak terlalu resah untuk bangun pagi. Apalagi aku sekarang sedang menginap di ****(edited) bersama Vivi. Waktu aku bangun kulihat jam di meja samping tempat tidur, eh baru jam 8:00 pagi. Kepala masih nyut-nyutan, dan kamar masih gelap sekali, tapi aku tetap bangun dan ke kamar mandi. Setelah sikat gigi dan “nyetor saham”, aku langsung ke tempat tidur lagi dan masuk ke balik selimut.

“Emm, Mas kok pagi-pagi sudah bangun sih. Uuhh.. tangan kamu tuh dingin, jangan nempel-nempel dong!” kata Vivi protes. Tapi tanpa menghiraukan protes Vivi, aku tetap menempelkan badanku ke badan Vivi yang juga telanjang bulat. Dari belakang kupeluk badannya yang padat berisi, dengan tangan kananku, kuraba buah dadanya yang menonjol. Aku memainkan jari-jariku di sekitar putingnya yang terasa menonjol kecil. Kurasakan badan Vivi menggeliat sedikit tapi kemudian diam kembali. Kulanjutkan lagi rabaanku ke daerah perut menuju rambut-rambut halus di sekitar kemaluannya. Perlahan-lahan kuusap-usap rambut-rambuit itu, dan di balik rambutnya kuraba dan mainkan klitoris Vivi. “Emm, ehh, Mas, uhh, Mas, ya itu di situ enak, terus ya,” kata Vivi tiba-tiba. Tanpa terasa, batangku mulai mengeras lagi. Tidak pikir lama-lama langsung kutempelkan pinggulku ke pantat Vivi. Terasa batang kemaluanku tepat di belahan pantat Vivi. Tanganku tetap kumainkan di daerah kemaluannya, dan aku bisa merasakan kemaluannya mulai basah. Segera kuarahkan ujung batangku ke lubang kemaluan Vivi. “Aghh..” erang Vivi saat ujung batangku agak dengan paksa menusuk ke liang kemaluannya. Kugenjot batang kemaluanku sampai akhirnya.. “Akhh..” erang Vivi rupanya dia sudah sampai.

Vivi melepas batang kemaluanku dari lubang kemaluannya, dan memintaku untuk tidur terlentang. Lalu dengan perlahan lagi, dia naik ke atas badanku dan mulai memasukkan batang kemaluanku yang tadinya sudah hampir mencapai puncaknya. Vivi menghadap ke arahku, sehingga terlihat wajahnyayang cantik serta buah dadanya yang menonjol besar. Pinggul Vivi meliuk-liuk menimbulkan rasa enak dan ngilu di sepanjang dan ujung batang kemaluanku yang terjepit erat di antara kemaluan Vivi. Kuraih buah dada Vivi dan kuremas-remas. “Ohh, yes, yes, yah terus Mas, oouhh enaknya, ya..” teriak Vivi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya secara membabi buta. Rambutnya yang agak panjang terlihat menyabet ke kiri dan ke kanan. dan tak lama kemudian kami pun mencapai puncak secara bersamaan. Begitulah kisahku bersama Vivi, dan sejak saat itu aku sering melakukan percintaan yang melelahkan sekaligus menyenangkan bersama Vivi.

Tamat

Kisah Tante Hyperseks: Chating Membawa Nikmat

Nama saya Agus, umur 22 tahun. Cerita ini bermula dari chatting. Suatu malam karena saya merasa suntuk dan bosan, lalu saya hidupkan komputer dan mulai chatting. Iseng-iseng saya klik sebuah nama dan kami mulai pengenalan diri masing-masing. Singkat kata kami janjian ketemu di suatu tempat, dan dia bilang dia memakai pakaian putih dan bawahnya jeans. Besoknya kami ketemu dan ternyata itu teman ibu saya. Gila! langsung saja saya maunya menghindar tapi keburu dia menyapa duluan, ya sudah terpaksa deh dengan muka tebal dan sedikit merah menyapa balik. Namanya Tante D (34), orangnya cantik, tubuhnya seksi (karena setiap saya mengantar ibu saya senam, dia selalu ada di sana) buah dadanya besar, kulitnya mulus putih, pokoknya seksi habis. Saya saja waktu melihat dia pertama kali waktu dia memakai baju senam, “adik” saya langsung bangun tidak karuan kerasnya. Apalagi sekarang berhadapan langsung sama orangnya, wah.. pokoknya tidak bisa dibayangkan deh.

Terus, dia menanyakan ibu saya,
“Mama kamu kok tidak pernah Tante liat lagi di senam, Gus?”
“Eh.. iya Tan, belakangan ini mama saya lagi sakit,” jawab saya sambil sedikit senyum.
“Ooo..” jawab Tante D.
Tiba-tiba dia menyeletuk lagi,
“Kamu suka chatting di room #**** (edited) juga yah Gus..? padahal itu room khan khusus buat tante-tante,” belum sempet saya menjawab, dia nyeletuk lagi,
“Kamu suka sama tante-tante yah Gus..?”
Tiba-tiba saja muka saya jadi merah dan rasanya mulut susah dibuka, tapi setelah menghela nafas, saya memberanikan diri,
“Iya Tan.., abis yang tua khan lebih pengalaman,” kata saya sambil tersenyum.
“Kamu bandel juga Gus..!” kata Tante D sambil tersenyum genit.

Karena di sana terlalu ramai, jadi saya diajak dia jalan-jalan pakai mobil saya (kalau pakai mobilnya dia takut ketahuan suaminya). Di jalan kami sempat ngobrol berbagai macam hal dari sekolah sampai kerjaan sambil nonton TV di mobil. Tante D ingin merubah channel TV, tapi dia salah tekan tombol. Yang ketekan malah tombol AV dan langsung saja muncul “BF” yang kemarin lupa mencabutnya dari changer (biasanya kalau lagi sama pacar saya, sering memutar blue film di mobil). Langsung saja mata Tante D setengah melotot melihat adegan “syur” yang ada di film itu (tapi saya malahan suka dengan kejadian yang tidak disengaja ini hehehe.. jadi tidak susah-susah merayu Tante D lagi). Tapi saya pura-pura sopan saja, langsung saya matikan TV-nya, tapi tiba-tiba Tante D memegang tangan kiri saya dan bilang, “Gus, kenapa kamu matikan? itu khan bagus buat pengetahuan seks!” Ya sudah tanpa basa-basi langsung saya hidupkan lagi.

Setelah beberapa menit kemudian saya lihat Tante D agak gelisah lalu saya pura-pura tanya saja,
“Tante kenapa gelisah?”
“Eh.. hmm.. tidak kok Gus..” mukanya kelihatan merah dan bicaranya sedikit tersendat-sendat.
“Gus.. kamu pernah ngelakuin yang kayak di film itu tidak?” tanya Tante D sambil menghela nafasnya yang sedikit tidak teratur.
“Belum tuh Tan.. kenapa?”
Saya tahu maksudnya tapi saya pura-pura tidak tahu saja.
“Pengen tidak kamu ngerasain yang kayak di film itu Gus..?”
Wah.. ini kesempatan bagus nih, jangan disia-siakan! Langsung saja saya jawab, tapi dengan nada polos biar tidak kelihatan seperti orang lagi kepingin, (dia khan teman ibu saya, jadi saya mesti extra hati-hati jawab pertanyaan dia!).
“Hmm.. mau Tante, emang Tante mau ajarin saya?” jawab saya dengan polosnya.
Terus dia jawab, “Mau dong Gus.. khan daun muda kayak kamu mainnya pasti kuat.”

Langsung saja dada saya jadi berdebar kencang, dan pikiran-pikiran kotor langsung mendarat di otak saya (busyet.. ini tante sepertinya hyperseks deh). Tiba-tiba “adik” saya yang tadinya tidur pulas kini sudah bangun dan berdiri kencang sehingga tampak celana saya ada gundukannya. Tante D tersenyum melihat ke arah celana saya, “Gus.. segitu saja kamu sudah nafsu, sini Tante liat, ‘adik’ kamu cakep apa tidak sih..?” Langsung saja dia mengelus-elus dan membuka resleting celana saya, sementara saya hanya bisa diam saja dan lebih konsentrasi ke depan. “Gus.. ‘adik’ kamu kuat yah.. otot-ototnya keluar, ‘adik’ kamu sering ikut fitnes dimana Gus?” tanya dia sambil bercanda dan saya hanya bisa diam dan tersenyum. Tiba-tiba rasa hangat menyelimuti kepala kemaluan saya, dan sedikit demi sedikit rasa hangat itu menjalar ke bawah menuju batang kemaluan saya. Sekilas saya lihat Tante D sedang asyik mengulum kemaluan saya yang keras dan besar itu, saya merasa melayang dibuatnya dan sesekali saya kehilangan kendali atas mobil saya. “Gus.. punya kamu gede juga yah.. Tante suka Gus.. hmm.. uhhmm..” Saya semakin kehilangan kendali, cepat-cepat saja saya pinggirkan mobil dan kebetulan tempat itu jarang dilalui orang dan agak gelap.

Setelah mobil berhenti, saya langsung membuka baju kaos Tante D dan kebetulan tidak memakai bra. Kemudian saya remas payudaranya yang besar dan empuk, dan tangan kanan saya memegang kepala Tante D sambil sesekali menekan ke bawah, “Tante.. enak.. hhss.. terusin Tan.. lebih dalem lagi..” permainan mulut Tenta D semakin mengganas sehingga menimbulkan suara yang menambah birahi, “Cproot.. cproott..” dan tiba-tiba dia menghentikan permainannya itu dan.. “Gus.. sekarang giliran kamu muasin Tante.. hmm..” Sambil mengatur nafas dia pindah ke kursi belakang, langsung saja saya ikut pindah ke belakang dan segera membuka celana jeans-nya (ternyata dia tidak memakai CD, mungkin dia sudah rencanakan hal ini sebelumnya) dengan posisi duduk menghadap ke samping dan mengangkangkan kakinya ke atas, lalu saya mainkan klitorisnya sambil satu tangan meremas-remas buah dadanya dan satunya lagi memegangi pahanya yang kiri. Tante D menggelinjang-gelinjang keenakan dan ketika lidah saya masukkan ke dalam lubang kemaluannya, dia menekan kepala saya lebih masuk lagi sambil berkata, “Hhmm.. enak sayang, lebih masuk lagi.. oohhmm..” ‘Adik’ saya sudah tidak tahan lagi dan langsung saja saya rubah posisi satu kaki di kursi yang satunya lagi di bawah, dan saya tuntun kemaluan saya memasuki lubang kenikmatan itu. “Bless..” karena lubang itu sudah dipenuhi oleh ludah saya jadi agak sedikit gampang memasukkan setengah dari kejantannan saya, baru sepertiga kejantanan saya masuk. Tante D sudah mengerang kesakitan bercampur nikmat, “Hhmm.. oohh.. Gus punya kamu tidak muat di Tante yah.. pelan-pelan Gus..” Sedikit demi sedikit saya masukkan dan berkat pelumas yang dikeluarkan Tante D akhirnya semuanya amblas masuk. Jeritan dia semakin menjadi-jadi ketika saya sodokkan lebih cepat dan cepat.

Sambil memainkan buah dadanya yang mungkin 36B, gerakkan saya semakin mengganas dan tentu saja Tante D yang sudah berpengalaman itu membalasnya dengan goyangan yang erotis. Tiba-tiba tubuh Tante D menjadi kaku dan memperlambat gerakannya, dia pegangi pantat saya sambil menggerakkan ke dalam, dan ternyata Tante D mencapai puncak nikmatnya, “Oohh.. oohh.. Gus.. hmm..” Karena saya belum mencapai puncak, jadi saya suruh Tante D merubah posisi jadi menungging, dan dia menurut saja, Tante D kembali mengerang, “Acchh.. ooacchh..” Kembali saya menghujam dengan penuh nafsu sambil memainkan puting susunya yang keras, saya mengerang keenakan seakan-akan kemaluan saya ada yang menyedot dan menggenggam erat dari dalam, “Acchh.. achh.. enak Tan..?” tanya saya. “Enak sayang.. occhh.. terusin saja..” dan sampailah pada akhirnya dari dalam saya merasakan ada yang mau menerobos keluar, dan langsung saja saya cabut dan arahkan kemaluan saya ke mulut Tante D, dia membalikkan tubuhnya dan mulai mengocok dan sesekali menjilatnya,
“Cproot.. cproot..”
“Cepetan dong keluarnya sayang!”
“Cproot.. cproot..”
“Oocchh.. sedikit lagi Tante.. hhuu.. aghh..”
Dan akhirnya puncak kenikmatan datang dan menyembur masuk ke mulut Tante D lalu saya dorong masuk ke dalam mulut Tante D. Dia dengan lahapnya menghisap kepala kemaluan saya dan sesekali mengeluarkan mani saya. Akhirnya kami berdua berpelukan sambil saling pagutan dan lidah Tante D terasa sedikit asin akibat air mani saya.

Kami beristirahat sejenak dan sambil membenahi pakaian masing-masing dan kami pindah ke kursi depan. Tante D mendekati telinga saya dan berbisik dengen lembut, “Gus.. besok-besok kalau keluar sama Tante kamu bawa tissue yah, biar tidak mulut tante buat bersihin ‘adik’ kamu,” dalam hati saya tertawa (hehehe.. bisa juga tante ini bercanda, padahal sedang capai-capainya). “Iya Tante, tapi Tante harus pake CD juga buat bersihin ‘goa’ Tante yang nikmat itu biar tidak pake lidah saya,” balas saya. “Bisa saja kamu Gus..” dia tersenyum lalu mencubiti saya. Karena sudah jam sebelas malem jadi kami kembali ke tempat Tante D parkir mobilnya dan kami pisah di parkir itu.

Tamat

PENGIRIM:
kumbang_kelana
kumbang_kelana79@yahoo.com

Bermain Cinta Dengan Remaja

eperti halnya Ratu Fabiola [Donna Fabiola de Mora y Aragon] yang kelak menjadi Ratu Belgia - isteri dari mantan Raja Badouin - dalam tubuhku juga mengalir darah keluarga bangsawan Spanyol : Mora dan Aragon. Semua bangsawan di Eropa saling punya hubungan kekerabatan dengan dinasti-dinasti yang masih atau pernah berkuasa diberbagai negara di Eropa.

Bahkan dengan dinasti Romanov [kerabat Czar Rusia],keluarga Bourbon-Parma dan Hapsburg dari Spanyol dan Perancis,keluarga Oranje-Nassau dari Nederland[Belanda],keluarga Windsor[Inggris] dan keluarga Battenberg [Mountbatten].Keluarga kami juga berkerabat dengan keluarga-keluarga kerajaan Denmark,Swedia,Norwegia,Belgia, Monaco, dan Kepangeranan Luxemburg atau Principality of Luxemburg. Banyak dinasti raja-raja Eropa yang sudah dimakzulkan[diturunkan dari tahta] seperti keluarga kerajaan Yunani, Italia, dan Portugal!

Keluarga Mora dan Aragon punya hubungan keluarga dengan Ratu Isabella - yaitu Ratu Portugis yang membiayai pelayaran Columbus yang pertama kali-nya ke benua Amerika.

Columbus orang Spanyol tetapi karena raja Spanyol tidak mau membiayai pelayarannya ke Timur [Asia] untuk menemukan negeri asal rempah-rempah India dan Indonesia,maka Columbus memohon bantuan Ratu Isabella untuk bersedia membiayai pelayarannya dan ternyata Ratu Isabella bersedia.

DARAH CINA, MELAYU DAN SPANYOL

Nenek moyangku mendarat di Singapura [Singapore]pada akhir abad ke sembilan-belas dan di antara orang-orang Spanyol yang mendarat ini - salah seorang di antaranya adalah kakek buyutku [grand grand grand father]- yang juga menyandang nama Mora dan Aragon.

Kebanggaan keluargaku dan kedua orang tuaku akan darah bangsawan [aristokrat] Spanyol mereka telah menjadi dasar alasan kenapa mereka memasang nama keluarga bangsawan Spanyol “Aragon” di belakang namaku.Tapi aku tak pernah tanya kepada Papa dan Mama [ayah dan ibuku] mengapa mereka justru tidak memasang nama Mora di belakang namaku dan instead mereka memilih untuk memasang nama Aragon!

Orang-orang Spanyol di Singapura ini kawin-mawin dengan para penduduk setempat dari puak Cina dan Melayu.Berbeda dengan orang Portugis yang datang ke Asia untuk mencari rempah-rempah dan kemudian malah jadi penjajah - maka orang Spanyol datang lebih banyak dengan tujuan menyebarkan agama dan berdagang - seperti halnya dengan Magelhaens di Filipina. Gereja Katolik pertama di Singapura didirikan oleh komunitas Spanyol yang merupakan kaum kerabatku semua.

Nenek moyangku yang orang Spanyol kawin mawin dengan orang Cina dan Melayu di Singapura. Oleh karena itu wajah, tubuh, dan kontolku merupakan kombinasi ketiga ras itu! Wajahku lebih mengarah ke Asia daripada bule tetapi tubuh dan kontolku yang besar lebih mengarah ke Eropa.Kaum-kerabat-ku umumnya mewarisi bentuk-bentuk fisik yang baik [positif] dari ras Cina, Eropa, dan Melayu. Kulit kulupku [foreskin] pendek seperti umumnya kontol Cina, meskipun keluargaku menganut tradisi sunat bagi semua anak laki-lakinya. Aku disunat waktu bayi, karena itu aku tidak pernah melihat kulupku sendiri! Tidak heran jika semua kerabatku baik laki-laki maupun perempuan mempunyai penampilan yang menarik dan menawan.

Darah Spanyol yang mengalir di tubuh kerabatku juga menyebabkan semua anggota kerabat laki-laki kami[termasuk aku] punya nafsu berahi [nafsu sex atau libido] yang luar biasa besarnya.Kami semua doyan ngentot dan sanggup ngentot atau mengeluar-kan pejuh beberapa kali sehari. Paling sedikit 3-5 kali sehari tanpa lemess dan tanpa ngantuk!

Tubuhku yang atletis,ketar dan berotot aku dapat-kan berkat latihan fisik dan latihan beban sangat instens dan progresif yang aku lakukan sejak aku berumur enam-belas tahun dan sampai saat cerita amoral ini aku tulis aku masih melakukannya tiap hari! Lari 5 km tiap hari, push up dan sit up seribu kali sehari,dan latihan beban dua jam tiap hari adalah acara wajib yang aku lakukan seperti halnya bernapas, makan, minum, tidur, berak, dan kencing ..dan juga tentunya mengeluarkan pejuh!

Aku tinggal di Singapura bersama kedua orang-tua-ku sampai aku selesai high-school. Aku pindah ke San Farncisco, California [USA} untuk kuliah di college [University of California in Berkeley].

Ketika aku menyelesaikan program master-ku aku meneruskan program doctorate degree dan aku mengambil kredit belajar untuk membiayai sekolah-ku. Untuk membayar hutangku [kredit belajar],aku bekerja disuatu organisasi internasional,setelah aku mendapatkan gelar Ph.D[Doctor of Philosophy].

Saat Timor Leste merdeka,organisasi internasional tempat aku bekerja menugaskan aku untuk membuka kantor di Dili, Timor Leste. Jabatanku di Dili adalah Country Director. Modal Bahasa Melayu yang sudah aku kuasai selama aku tinggal di Singapura, memudahkan aku belajar Bahasa Indonesia sewaktu aku bertugas di Dili. Sisa-sisa Bahasa Spanyol yang sedikit aku kuasai juga mempermudah aku untuk menangkap kata-kata Portugis jika ada yang menuturkannya. Di Timor Leste Bahasa Portugis hanya digunakan para elite politik Timor Leste.Orang-orang ini terdiri dari mereka yang melarikan diri dari Timor Portugis pada tahun 1975 ke Macau, Portugal,Australia dan Afrika [Angola, Mozambique, Ilhas de Cabo Verde -Cape Verde dan Guinea Bissau]. Mereka kembali ke Timor Leste tahun 2000. Dengan bantuan PBB dan Australia mereka mengambilalih kekuasaan politik di Timor Leste!

Sebagian besar dari orang-orang ini bukan orang Timor asli, melainkan orang-orang yang berdarah campuran Timor dan Portugis [bule]. Karena itu mereka umumnya bertampang Indo [Eurasia]. Semua orang laki-laki Indo-Portugis di Timor Leste - dijamin tidak sunat[uncut].Kontolnya kulup semua dan banyak yang kulupnya cukup panjang!

BULE JOROK DAN CABUL

Pergaulanku dengan para laki-laki bule cabul yang cari makan dengan bekerja di berbagai organisasi internasional di Dili dan kunjunganku pada masa liburan ke Kupang,Denpasar,Yogyakarta,dan Jakarta memberikan pengalaman dan wawasan tentang indah-nya kehidupan sex antar jenis laki-laki di atas dunia.Pengalaman-pengalaman berdasar kisah nyata inilah yang menjadi kenangan indah penuh dengan pancaran pejuh bagiku!Kemudian kisah-kisah nyata ini aku rangkai menjadi cerita-cerita cabul bejat tidak bermoral untuk dimuat dalam situs homosex teramat sangat bejat MOTNES ini! Ta’i! Di Dili banyak lelaki bule bejat yang suka sekali mengentoti lobang pantat laki-laki.Sayangnya aku tidak suka bule karena mereka jorok, bau, tidak pernah mandi, jarang ganti baju dan jika sehabis berak atau kencing tidak pernah cebok dengan air.

Sehabis berak, mereka hanya menghapus sisa ta’i yang berlepetan di lobang boolnya dengan kertas tissue [atau dengan kertas koran jika tidak ada tissue]. That’s it! Begitu saja!

Lebih parah lagi, mereka suka makan babi, minum alkohol, tidak sunat dan tidak pernah gosok gigi!Bayangkan betapa jijiknya jika kita berada di Dili [yang hawanya sangat panas itu], kita harus berdekatan atau berurusan dengan lelaki sejorok itu!Karena sarana bangunan di Timor Leste masih sangat terbatas akibat sisa-sisa perang maka para lelaki bule itu pun “menyesuaikan diri” dengan selalu berpakaian kelomprot,jorok,dan bau! Untuk alas kaki - mereka mengenakan sandal jepit dari karet! Penampilan mereka tidak ubahnya seperti gembel! Padahal mereka selalu bersikap sombong dan arogan!

NGENTOT DI DENPASAR

Hampir tiap week end aku pergi ke Denpasar untuk istirahat dan berlibur. Uang gajiku yang ribuan dollar sebulan lebih dari cukup untuk membayar tiket pesawat Dili-Denpasar PP,makan mewah tiga kali sehari, dan menginap di hotel bintang-lima di Bali.

Tujuanku ke Bali terutama untuk menikmati cowok-cowok Indonesia yang ganteng-ganteng.Biasanya aku tidak menyewa gigolo tetapi menikmati lelaki dari kalangan masyarakat umum : ada mahasiswa, ada karyawan, ada militer, ada pegawai negeri sipil [PNS],dan lain sebagainya.

Sekali-sekali aku juga beruntung bisa menikmati pelajar SMA/SMU yang masih belasan tahun, tetapi meskipun masih imut-imut, fisiknya sudah tumbuh sempurna jadi laki-laki dewasa.Badannya atletis berkat hobbi olah raga,rajin fitness dan latihan beban!Jembut dan bulu keteknya juga sudah tumbuh lebat, kontolnya besar[disunat ketat] dan pejuh-nya sudah mulai muncrat!Agh!Ledzat dan nikmat!

Remaja seperti ini biasanya tidak aku sodomi bool -nya kecuali kalau dia mendesak minta diperkosa! Aku lebih suka memeluk,menciumi sambil menggumuli tubuhnya yang masih remaja tapi sudah tumbuh jadi dewasa sempurna! Tentu saja kami berdua sudah dalam keadaan bertelanjang bulat tidak berpenutup selembar benang pun jua!!Agar si remaja bisa juga mencapai puncak syahwat [orgasme] maka aku pun mengisap dan menjilati kontolnya sampai pejuhnya muncrat: CROOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOT CROOOOOOOOT! lalu berceceran kemana-mana!Mereka itu anak orang kaya. Karena itu tubuh mereka sehat, kuat dan pejuh mereka berkulitas baik:volumenya besar dan konsistensinya kental!Nikmat untuk ditelan! Ta’i! Pemuda-pemuda remaja ini bukan pelajar lokal dari Bali melainkan anak Jakarta yang sedang berlibur ke Bali.Tidak selalu mereka homosex.Lebih banyak mereka sedang melakukan explorasi - experimentasi kehidupan sexual orang dewasa!Beberapa di antara-nya minta agar diizinkan menyodomi pantatku dan selalu aku berikan.Tapi setelah itu aku menuntut dan memaksa agar aku bisa menyodomi bool mereka yang sempit dan masih perawan itu!

Kalau mereka berani menolak, maka aku tidak ragu-ragu untuk memaksanya dengan kekerasan! Biasanya semuanya terpaksa menurut dan aku pun tanpa ampun akan memperawani bool mereka dengan kasar sampai-sampai mereka merintih-rintih amat kesakitan dan lobang pantat mereka berdarah-darah - karena ada dinding lobang pantat mereka yang sobek akibat aku embat dengan kasar menggunakan kontolku yang memang punya ukuran besar!

ANDIKA : REMAJA YANG AKU PERKOSA

Pernah aku main sex dengan Andika - cowok remaja tampan, atletis dan kulitnya putih bersih! Pada waktu menggumuli tubuhnya aku memiting lengannya sehingga Andika kesakitan dan tubuhnya jadi amat berkeringat.Dalam keadaan begitu boolnya pun aku embat dengan cara kasar menggunakan kontolku yang besar dan sudah amat tegang itu!

Aku sengaja menyodok silit Andika sekasar mungkin dan aku bahkan memompa-mompakan kontolku ke bool Andika seperti seorang lelaki sedang mengentoti nonok perempuan dan Andika merasa amat kesakitan sampai-sampai dia menjerit :

“ADUH! SAKIT BANG!”

Jerit kesakitan Andika justru membuat nafsu sadis -ku jadi makin membara dan makin menggila! Aku mencabut kontolku[yang masih tegang sekali karena pejuhku belum keluar] dari lobang pantat Andika!

Kemudian aku menggampar bokong Andika [buttocks] dengan tanganku yang terlatih karate:PLAKK!PLAKK! PLAKK!,keras sekali,sampai membias warna merah di kedua bokongnya yang putih bersih akibat gamparan tanganku! Andika menjerit lagi kesakitan:

“JANGAN BANG!SAKIT BANG!”, nadanya seperti minta dikasihani.

Tapi aku belum puas dan sama sekali tak kasihan! Aku justru mengambil ikat pinggangku dan bokong-nya yang putih bersih [masih dengan bias merah hasil gamparan tanganku itu] dan juga punggung-nya aku hajar dengan kerass : JEPRETT! JEPRETT! JEPRETT! Andika kaget dan menggeliat,dia mencoba bangkit, mungkin dia mau lari atau menghindar! Tetapi sewaktu Andika akan bangkit, tubuhnya aku tindihi dengan tubuhku yang besar, kekar,berotot dan telanjang bulat itu!Lalu bibir-nya aku lumat paksa!Waktu Andika mencoba menutup erat bibirnya menghindari cipokanku!Maka pipinya pun aku gampar keras PLAKK! PLAKK! PLAKK!, sambil aku membentak keras :

“BUKA MULUTNYA!”

Andika terpaksa membuka mulutnya dan aku pun jadi bisa melumat bibirnya dengan nikmat dan air ludah -nya aku sedot dan seruput dengan amat bernafsu : SROOOOT! SROOOOT! SROOOOT! Sampai aku kekenyangan minum air ludah Andika. Aku rasakan air matanya yang asin mengalir dan masuk ke mulutku.Pasti lah sebagai laki-laki Andika marah dan jengkel karena aku paksa dan perkosa seperti itu.

Dalam keadaan seperti itu kontolku pun aku gesek-gesekkan ke belahan pantat Andika sampai pejuhku muncrat keluar:CROOOOOOOOT!CROOOOOOT!CROOOOOOOT! Banyak sekali, karena aku terangsang oleh nafsu sex sejenis dan nafsu sadis! Aku harus mengakui bahwa aku merasa amat sangat puaass!! Ta’i!

EPILOG

Puas memperkosa Andika,aku memeluknya mesra dan aku membisikkan kata-kata maaf.Andika berusaha melepaskan diri dari pelukanku, karena ia marah!

Aku memggumuli tubuhnya erat-erat agar dia tidak bisa lepas. Lalu aku membisikkan ke telinganya bahwa kalau dia tidak memaafkan aku dan dia tidak mau berbaik dengan aku,aku tidak akan melepaskan gumulanku!

Akhirnya Andika mengalah, dia mau memaafkan aku dan dia mau berbaik lagi dengan aku. Bahkan dia juga mau menerima “uang ganti rugi” sebesar satu juta rupiah dariku!Satu juta rupiah?Agh!Itu kan’ hanya US $ 100,-.Padahal salaryku lebih dari US $ 30.000,- sebulan!Apa artinya US $100,-,dibanding-kan kenikmatan yang aku dapatkan dari memperkosa pemuda remaja yang tampan, atletis, bersih, imut-imut dan anak orang kaya dari Jakarta itu?! Kami pun berpisah baik-baik! Ta’i!

Bermain Seks Dengan Anak Adopsi

Sistem pemerintahan dan sitem kenegaraan boleh dikatakan belum tebentuk di negara kacau seperti Timor Leste.Keadaan ini bisa mempermudah urusan ataupun mempersulit urusan.Tapi dengan merelakan beberapa puluh atau beberapa ratus dolar, banyak urusan yang jadi mudah dan mulus.

Itu lah pula yang terjadi ketika aku mau melaku-kan adopsi pada Miguel,seorang anak jalanan dari kota Dili yang masih berantakan itu.Dengan modal kenalan pejabat lokal yang aku punyai di kantor-kantor pemerintah akhirnya aku berhasil mendapat-kan surat yang menyatakan bahwa Miguel adalah anak angkatku.Karena aku tak bisa bahasa Portugis sepatah kata pun,kecuali “o pao” [roti],maka aku pun mula-mula tidak mengerti apa yang tertulis di dalam selembar surat sialan itu.

Tapi menurut keterangan seorang staf PBB asal Damao[suatu kota di India bekas jajahan Portugis]yang fasih dan paham bahasa Portugis[secara lisan dan tulisan],katanya surat itu menyatakan bahwa Miguel telah resmi jadi anak angkatku [adopted child]. Tentu saja aku mengadopsi Miguel bukan tanpa alasan.

Seperti juga semua lelaki homo yang mengadposi anak lelaki,dimana pun juga,motifnya pasti motif sex!Mereka berharap bukan hanya akan membesarkan dan mencintai anak yang diadopsi itu,tetapi juga mereka berharap pada satu waktu mereka akan dapat menikmati tubuh anak tersebut. Memang morif yang biadab! Tapi, itulah hidup! - that’s life! Oleh karena itu mereka juga memilih!Memilih anak laki-laki yang kira-kira sesuai dengan selera rendah mereka. Diam-diam mereka memperhatikan prospek [perkembangan] ukuran kontol dan lobang pantat anak itu! Ada juga lelaki homosex yang mengadopsi anak yang lebih besar [sekitar delapan sampai sepuluh tahun] dimana ukuran kontol anak itu lebih mudah diprediksi akan menjadi berapa besar jika mereka memasuki akil balik.Lelaki homo umumnya menyukai laki-laki yang berkontol besar untuk jadi partner hubungan sex sejenisnya!

Sebagian lelaki homosex memilih membiayai atau “memberi bea siswa” pada anak lelaki yang sudah berangkat remaja sekitar usia dua-belas sampai delapan-belas tahun. Lelaki homosex seperti ini biasanya mengharuskan anak yang dibiayainya itu tinggal bersamanya,karena anak itu akan sekaligus didisiplinkan. “Didisiplinkan” adalah kata lain dari dihajar,disiksa,dan diperkosa,sekedar untuk melampiaskan dorongan sadistik lelaki homo itu! Jenis lelaki homo macam ini selalu bertubuh kuat dan berotot, menguasai ilmu bela diri atau punya senjata api,tidak ragu melakukan kekerasan untuk menundukkan laki-laki, termasuk menundukkan anak yang berada di bawah perwaliannya itu!

Demikian pula dengan aku sendiri, aku mengadopsi Miguel dengan niat untuk menikmati tubuhnya.Jika mungkin Miguel dapat aku jadikan sasaran pemuas berahi sejenisku, syukur-syukur Miguel juga pada saatnya bisa aku jadikan sasaran buat pelampiasan nafsu sadisku! Agh!Pasti nikmat dan itu adalah niat jahat yang bejat dan terlaknat! Miguel adalah bagaikan “mutiara dalam lumpur”.Aku jumpa Miguel pertama kalinya ketika organisasi sialan yang aku pimpin melakukan inventarisasi tentang anak terlantar dan anak berandalan di kota Dili dan sekitarnya.Di salah satu rumah yang jadi tempat berkumpul geng anak berandalan, aku menjumpai Miguel.Aku langsung terpikat dan jatuh hati pada ketampanan Miguel.Seperti umumnya anak-anak terlantar dan anak berandalan di Timor Leste Miguel juga berdarah campuran Timor-Porto.

Biasanya jika aku jumpa anak lelaki yang menarik hati atau memikat selera homo-sadis-ku,aku hanya merekrutnya menjadi pegawai dari kantor sialan yang aku pimpin.Tetapi waktu aku jumpa Miguel aku bertekad bahwa: “Aku harus dan aku akan memiliki Miguel”.Oleh karena itu,sehari setelah aku jumpa Miguel aku langsung mengambil langkah-langkah untuk mengadopsinya,sebelum dia kabur atau pindah ke tempat lain. Anak berandalan di Dili sangat sering berpindah-pindah tempat dan pindah geng, karena sering terjadi pertikaian dan perkelahian di antara mereka sendiri.

Waktu aku sudah berhasil mendapatkan surat adopsi Miguel,aku juga mengurus Surat Permandian Miguel di Diosis Dili.Aku bahkan juga berhasil mengurus Akta Kelahiran-nya. Tentu saja akta itu “aspal” [asli tapi palsu]. Asli,karena terbit dari suatu instansi pemerintah,tetapi palsu karena akta itu bukan akta yang sebenarnya.

Miguel sendiri tidak tahu menahu bahwa dia resmi sudah jadi anak angkatku.Memang yang terpenting bagiku adalah bahwa aku sudah bisa membawa-nya pergi ke luar Timor Leste, kapan saja aku mau!

Tapi sesuai dengan aturan yang dibuat Polisi PBB, anak berandalan dari Timor Leste boleh dipindah-kan dari Timor Leste jika anak itu berada dibawah perwalian Polisi PBB.Untuk jadi anak yang berada dibawah perwalian Polisi PBB maka anak itu harus pernah ditahan beberapa lama di rumah tahanan anak berandalan yang diurus Polisi PBB. Apabila selama anak itu ditahan tidak ada keluarga yang mencari,maka anak itu dapat dianggap yatim-piatu [orphan] dan boleh dipindahkan perwaliannya pada orang lain.Untuk memenuhi aturan ini maka Miguel harus ditahan dulu beberapa lama di rumah tahanan untuk anak berandalan sialan. Begitu juga tanggal surat adopsi yang sudah dibuat terpaksa harus di -ubah sesuai dengan tanggal ketika Miguel dilepas dari tahanan anak berandalan sialan.Aku terpaksa merogoh lagi beberapa puluh dolar untuk menyogok petugas yang berwenang merubah tanggal itu kelak!

RUMAH TAHANAN ANAK-BERANDALAN SIALAN

Di Dili [dan di kota-kota lain di Timor Leste?], Polisi PBB [baca Polisi Australia]punyai beberapa rumah tahanan untuk pemuda-remaja berandalan yang berhasil ditangkap. Di rumah-rumah tahanan itu para pemuda-remaja itu didisiplinkan [kata lain dari: dihajar, disiksa, diperkosa] secara berkala [periodik].Praktis para pemuda itu ditahan untuk seterusnya sampai ditemukan cara yang tepat untuk mengatasi masalah anak-anakberandalan di Timor Leste.

Padahal masalah anak berandalan di Timor Leste hanya dapat diatasi dengan memperbaiki sosial ekonomi dan membuka sekolah-sekolah serta membuka lapangan kerja untuk pemuda-remaja yang praktis tidak punya pengetahuan dan keterampilan apa pun juga. Bahkan banyak di antara mereka yang buta- huruf dan sudah terlanjur jadi kriminil, mabuk-mabukan dan mengkonsumsi Narkoba. Budaya mabuk-mabukan di Timor Leste sudah amat mendarah-daging sejak zaman Porto selama 400 tahun dan hampir tak mungkin diberantas. Portugis bukan hanya membawa agama Roma Katholik ke Timor Leste, tetapi juga membawa kebodohan, kemiskinan, kesengsaraan, dan budaya alkohol serta mabuk-mabukan.

Polisi PBB mempunyai prosedur atau SOP [Standard Operating Procedure] dalam menerima [reception] anak berandalan di rumah tahanan untuk remaja[Juvenile Detention Center]. Yang dimasukkan ke rumah tahanan hanya anak laki-laki.Karena hanya sedikit sekali staf PBB yang perempuan di Timor Leste.Anak perempuan berandalan, untuk sementara dibiarkan saja tidak diurus. Anak laki-laki yang akan dimasukkan ke rumah tahanan itupun dipilih.

Hanya yang “bagus-bagus” saja yang dipilih. Oleh karena itu kebanyakan anak laki-laki yang dipilih hanya yang berdarah campuran Timor-Porto dan yang tidak menderita penyakit HIV/AIDS atau Hepatitis.

Aku jadi tahu mengenai SOP yang dimaksud ketika aku melihat proses Miguel dimasukkan ke rumah tahanan sialan itu. Kehadiranku di rumah tahanan sialan itu untuk memantau [memonitor] keadaan rumah tahanan anak berandalan dan bagaimana cara Polisi PBB memperlakukan tahanan anak berandalan. Ini adalah tugas organisasi internasional tempat aku bekerja.Oleh karena itu Polisi PBB tidak ber-keberatan dengan kehadiranku. Tentu saja mereka tidak tahu bahwa aku sudah memproses surat adopsi Miguel.

Supaya Miguel bisa ditahan, dia ditangkap begitu saja tanpa alasan di rumah tempat gengnya biasa berkumpul di Becora.Menangkap orang tanpa alasan secara serampangan merupakan hal yang biasa di Timor Leste. Bahkan pasukan asing yang berada di Timor Leste pun biasa membunuh orang sembarangan, seperti yang mereka lakukan terhadap Almarhum Mayor Alfredo Reinaldo[RIP=Requiescant In Pace = Rest In Peace=Semoga Almarhum Beristirahat Dalam Kedamaian] di depan rumah Presiden Ramos Horta. Miguel datang ke rumah tahanan, dibawa oleh dua orang Polisi PBB. Setelah selesai didaftar Miguel diserahkan pada dua orang Polisi PBB lain. Yang seorang berwajah Asia,yang seorang lagi berwajah bule

Mula-mula Miguel disuruh [lebih tepat "dipaksa"] telanjang, karena Miguel diperintah dengan kasar untuk telanjang bulat.Miguel tampak ragu, kemalu-maluan,tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.Waktu kancutnya sudah ditanggalkan,Miguel mencoba untuk menutupi kontolnya dengan kedua tangannya.Tetapi Polisi PBB yang bertampang Asia dan yang di dada-nya tertulis nama “Che’Yakub,” merenggut tangan Miguel dengan kasar dari kontolnya sambil berkata dalam bahasa Melayu-Malaysia [mungkin Che' Yakub warga negara Australia asal Malaysia]:

“Awak jantan!Tak perlu sembunyikan konek awak!”, [artinya : "Loe cowok! Nggak usah nutupin kontol loe"]. Kemudian Che’ Yakub memberikan tamparan keras di pipi Miguel kiri-kanan : PLAKK! PLAKK! Miguel tampak kaget dan nanar tapi tidak berani bicara apa-apa. Di pipinya yang putih-bersih itu membias warna merah akibat tamparan Che’ Yakub.

Agaknya Che’ Yakub tahu bahwa generasi muda Timor Leste hanya bisa Bahasa Indonesia, karena itu dia bicara Bahasa Malaysia yang dekat dengan Bahasa Indonesia,tetapi tidak sepenuhnya dipahami oleh orang Timor Leste.

Aku lihat di pinggang Che’ Yakub ada tergantung sebilah pecut-rotan dengan panjang sekitar satu meter dengan diameter sekitar 1 atau 1,5 cm. Aku lihat Che’ Yakub melepaskan kait pecut-rotan itu dari pinggangnya dan menggenggamnya.

Tiba-tiba saja tanpa alasan yang jelas Che’ Yakub menghajar paha kiri Miguel dengan rotan itu : JEPRETT!Suara pecut-rotan itu beradu dengan kulit paha Miguel yang putih bersih, terdengar nyaring sekali. Miguel yang berdiri telanjang bulat itu tampak kaget menggelinjang berteriak tertahan: “AGGH!”.Paha Miguel yang putih-bersih itu tampak membiaskan bilur merah-biru akibat dihajar pecut rotan Che’ Yakub.

“DIAMM!”,bentak Che’ Yakub,rupanya Polisi PBB itu tak suka mendengar teriakan kesakitan Miguel dan dengan kasar dia mendorong Miguel agar berjalan keluar ruangan arah ke halaman dan membentaknya lagi :

“JALAN!”

Miguel disuruh berjalan keluar ruangan kearah sebatang pohon.Polisi Australia seorang lagi,yang ada disitu dan yang di dadanya tertulis nama “James Cornway”, diam saja melihat tingkah laku Che’ Yakub.Mungkin karena malu dan risih dengan aku, James mencoba membuat excuse dan berkata :

“We must be tough here”,[artinya :"Disini kita harus bertindak keras!"].

Che’ Yakub menyuruh Miguel berdiri didekat sebuah pohon dengan kaki mengangkang dan kedua tangan ke atas - tubuh Miguel seakan membentuk huruf “X” - telanjang bulat.

Saat itulah aku baru sempat memperhatikan Miguel dengan lebih cermat. Miguel punya kontol besar dan belum sunat. Di bawah kontolnya yang besar tampak bergantung dua biji-peler yang membulat, proporsional dengan ukuran kontolnya yang besar -tapi tidak sunat itu! Kulupnya menutupi sebagian kepala kontolnya [glans penis],lobang kencingnya seakan nongtot dari mulut atau bukaan [orifice] kulupnya.

Jembut dan bulu-ketek Miguel sudah tumbuh lebat, berwarna hitam. Miguel sudah akil-balik, mungkin umurnya tujuh-belasan tahun.Meski berdarah Porto, tapi pada usianya itu Miguel tidak tampak tumbuh bulu-dada atau bulu-perut.Tetapi ada rambut halus yang tumbuh menjalar dari bawah pusarnya ke bawah dan bergabung dengan hamparan jembutnya. Miguel tampak kemalu-maluan dipaksa meng-expose bagian tubuhnya yang paling pribadi[private] pada orang yang tidak dikenalnya.

Tiba-tiba Che’Yakub menyemprotkan air dengan sebuah selang yang ada di situ ke tubuh Miguel yang telanjang bulat dan diarahkan ke kontolnya. Miguel kaget dan merubah posisinya yang exposed itu, tetapi Che’ Yakub membentak :

“Awak berdiri saja.Jangan bergerak.Atau kulibas lagi dengan rotan ini”.

Miguel kembali berdiri lagi pada posisi tadi dan Che’ Yakub menyemprot seluruh tubuh Miguel yang telanjang bulat dengan air. Selesai dimandikan seperti binatang, Miguel disuruh masuk lagi ke dalam sebuah ruangan dan diharuskan tetap dalam posisi tadi sampai tubuhnya mengering oleh udara sekitarnya. Sementara itu, aku dan kedua Polisi PBB sialan itu duduk di situ sambil ngobrol ber-bahasa Inggris.

Kedua Polisi PBB itu berusaha menjelaskan kepada-ku mengenai sikap mereka yang kasar kepada Miguel dan para tahanan anak berandalan yang ditahan di situ. Dengan alasan : “A disiplinary measure” - artinya ” Cara untuk mendisiplinkan”.

MIGUEL MENJALANI “PEMERIKSAAN KESEHATAN” [?]

Ketika Tubuh Miguel sudah kering,Miguel disuruh berbaring terlentang di sebuah meja yang ada di situ [Miguel masih telanjang bulat].

James, Polisi bule itu memeriksa[?] tubuh Miguel seperti seorang dokter atau perawat. Apakah dia dokter atau perawat aku tidak tahu. James juga mencatat hasil pemeriksaannya[?] dalam sebuah buku.

Tapi kemudian Miguel disuruh berdiri membungkuk. James menyodok lobang pantat Miguel dengan jari telunjuknya.Jarinya diolesi dengan sejenis salep. Kulihat James tidak mengenakan sarung tangan.Lalu James menyodok-nyodok bool Miguel dengan intens sampai Miguel terdongak-dongak[mungkin karena dia kesakitan?] dan kemudian Miguel terlihat jadi gelisah,kontolnya tampak menegang [ngaceng] lalu ….CROOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOT! ….rupanya pejuh Miguel muncrat, karena silitnya disodok-sodok oleh James dengan kasar dan intens.

Saat itu Miguel membungkuk dan tubuhnya disangga tembok,tapi karena aku berdiri di sampingnya aku bisa melihat waktu kontolnya memancarkan pejuh remaja-nya.Ruangan itu semerbak tercium bau pejuh pemuda remaja.Miguel tampak kemalu-maluan karena pejuh-nya muncrat. Melihat Miguel mengeluarkan pejuhnya,Che’Yakub tertawa terbahak-bahak sambil berkata :

“Ha..ha..ha..!Mani awak pancut!”,artiya:”Ha..ha.. ha..! Pejuh loe muncrat”.

Kemudian Che’ Yakub menyuruh Miguel duduk di atas sebuah meja.Kedua tangan Miguel terangkat keatas diborgol ke kait-kait yang ada di tembok ruangan itu. Kedua pergelangan kakinya dirantai ke kaki-kaki meja kiri-kanan. Pinggangnya juga difiksasi dengan sabuk kulit. Sepertinya meja itu memang sudah dirancang untuk keperluan seperti itu.Dari lubang kencing Miguel tampak pejuh masih meleleh -leleh, … kedua Polisi PBB itu seperti tidak peduli bahwa Migule belum selesai eyakulasi.

Posisi Miguel dengan kedua terangkat ke atas dan tubuhnya yang telanjang bulat setengah duduk di meja tersandar ke tembok, terasa amat merangsang bagiku!Apalagi kontol,biji-peler beserta hamparan jembutnya seakan “exposed” di atas meja.Aku lupa bahwa Miguel resminya sudah jadi anak angkatku.

Rambut wajahnya,kumis,janggut,berewoknya, tampak menunjukkan jejas seperti warna kebiruan, karena kulit wajahnya putih bersih itu ditingkah oleh rambut-rambut halus yang tumbuh akibat hampir dua hari Miguel tak bercukur.Bulu-keteknya yang lebat tampak jantan dan merangsang.Kontolnya yang besar tapi belum sunat berlatarbelakang jembutnya yang hitam-lebat itu membuat aku gemas,ingin memotong kulupnya,agar Miguel tampak jantan dan sempurna!

Che’ Yakub menyuruh Miguel membuka pahanya lebar-lebar sehingga kontol dan jembutnya jadi exposed [terpapar] ke depan. Kemudian Che’ Yakub menarik sebuah meja-beroda yang di atasnya ditutup kain putih.Waktu kain putih itu disingkapkan, di atas meja-beroda itu ada alat-alat kedokteran dari logam yang berkilat-kilat.

Kemudian Che’ Yakub mengenakan sarung tangan dari karet [handshoen] dan mengambil sebuah alat yang menyerupai penjepit panjang.Dengan penjepit itu dia mengambil kapas dan membersihkan kontol, biji -peler,jembut,paha dan lobang pantat Miguel.

Pejuh Miguel yang sekali-sekali masih meleleh dari lobang kencingnya dibersihkan juga sampai betul-betul kering dan Che’ Yakub berkomentar :

“Mani awak tak lepas-lepas pancutnya”, artinya : “Pejuh loe masih keluar terus”.Lalu Che’ Yakub menyambung lagi :

“Bulu konek awak lebat”, artinya : “Jembut loe banyak [lebat]“.

Setiap kali Che’ Yakub mengatakan sesuatu dalam Bahasa Malaysia,Miguel diam saja.Mungkin karena Miguel tak mengerti bahasa Melayu Malaysia sialan -ta’i itu. Che’Yakub membersihkan daerah selangkangan Miguel dengan berbagai cairan yang aku tidak tahu jenis-nya.Sementara Che’ Yakub melaksanakan pekerjaan-nya, James berbisik padaku :

“This boy will be circumcised”,artinya :”Anak ini akan disunat”.

“It’s a routine procedure in this institution”, sambung James pula.Artinya :”Ini prosedur rutin di rumah tahanan ini”.

Selagi aku memperhatikan bisikan James,tiba-tiba aku mendengar teriakan Miguel seperti kesakitan :

“AAAAAAAAAAAAAAGGH!SAKIIIT!!JANGAAAN!!SAKIIIT!!” Teriakannya keras sekali,pasti Miguel amat-sangat kesakitan.

Che’ Yakub barusan memotong kulup Miguel! Memang aku sempat melihat Che’Yakub menarik kulup Miguel ke depan.Agaknya dia juga langsung memotong kulup itu. Cara memotong kulup seperti itu [menyunat]adalah cara tradisonal yang biasa dilakukan oleh orang awam yang bukan tenaga kesehatan terlatih. Luka itu tidak dijahit dan dibiarkan menutup dan mengering sendiri.

Mungkin karena pisau yang digunakan buat memotong kulup Miguel sangat tajam atau mungkin karena bagian kulup yang dipotong oleh Che’ Yakub sudah tertentu,aku tak melihat banyak darah yang keluar dari luka-sunat Miguel.Kepala kontol Miguel yang sebelumnya “kuncup” sudah tampak “mekar” karena tudung-kulupnya sudah dibuang [dipotong]. Luka-sunatnya hanya menampakkan garis kemerahan pada bekas sayatan yang dilakukan oleh Che’ Yakub.

Wajah tampan Timor-Porto Miguel menunjukkan rona wajah yang amat kesakitan.Miguel merintih-rintih: MMMMMH..MMMMMH..MMMMMH. Rintihan Miguel disambut dengan bentakan keras Che’ Yakub :

“SHUT UP!!!”,artinya “Tutup mulut!!”.

Miguel berhenti merintih,tapi karena dia merasa-kan nyeri yang amat sangat. Miguel mulai merintih lagi : MMMMMH ..MMMMMH..MMMMMH.

Che’ Yakub habis keasabarannya dan berkata kepada James :

“Silence him! Give him a good slap on his face”, artinya :”Suruh dia tutup mulut!Tampar pipinya!”.

James tidak menunggu lama dan dia menampar pipi Miguel dengan KERASS [!] dua kali : PLAKK! PLAKK! kiri dan kanan. Tamparan James membiaskan warna merah dipipi Timor-Porto Miguel yang putih bersih dan tamparan itu memang menghentikan rintihan Miguel.

Miguel masih tampak kesakitan.Tubuhnya yang ber- telanjang bulat terikat-terpasung di meja sunat itu basah kuyup berkilat oleh keringatnya yang membanjir keluar dari pori-porinya akibat menahan rasa sakit disunat dengan cara yang tak berperi-kemanusiaan itu!

Kemudian Che’ Yakub mengambil alat suntik dan beberapa botol kecil, lalu dia mengambil contoh darah dari lengan Miguel.

Miguel tampak tak bereaksi saat lengannya ditusuk jarum suntik oleh Che’Yakub buat mengambil darah. Kemungkinan rasa nyeri yang amat-sangat di luka-sunatnya sudah “menutupi” rasa sakit tusukan di lengannya.Rasa nyeri tusukan jarum suntik tak ada artinya dibandingkan nyeri luar biasa yang masih dirasakan di luka sunatnya.

Kata Che’ Yakub kepadaku :

“We’ll send these blood samples to the hospital for AIDS and Hepatitis tests”,artinya :”Kita akan kirim contoh darah ini kerumah sakit buat periksa penyakit AIDS dan Hepatitis”. Rupanya Che’ Yakub terampil mengambil contoh darah.

Mungkinkah dia seorang perawat atau dokter atau medic [paramedic].Tapi di beberapa negara memang tentara atau polisi ada yang terlatih melakukan beberapa tindakan medis - seperti operasi kecil.

Selesai “disiksa” seperti itu Miguel dilepaskan dari pasungan dan dalam keadaan masih telanjang bulat. Susah payah Miguel turun dari meja-sunat itu.Wajahnya masih menunjukkan rona kesakitan!

Che’ Yakub menyuruh Miguel masuk ke sebuah ruang tahanan.Lalu ruang tahanan itu dikunci dari luar. Sebelum mengunci pintu ruang tahanan Miguel, Che’ Yakub memasangkan rantai yang dapat dikunci di pergelangan kaki Miguel.Lalu dia menelikung kedua tangan Miguel ke belakang dan memasangkan borgol di pergelangan tangan Miguel.Miguel dipaksa duduk di lantai telanjang bulat dalam keadaan kaki ter-rantai, tangan terborgol ditelikung ke belakang!

Ada rasa nikmat yang mengalir dalam jiwaku waktu melihat Miguel yang tampan itu dalam keadaan ber- telanjang bulat, duduk di lantai, terborgol dan terantai, dengan bekas sayatan luka sunat di sisa kulup yang ada “di leher” kontolnya.Wajahnya yang tampan, berkulit putih-bersih dan tampak masih saja menunjukkan rona amat kesakitan[karena baru disunat].. membangkitkan gairah berahi sexual dan nafsu sadisku! Kontolku jadi bertambah ngaceng, makin tegang dan mengeras! Kontolku terasa agak sakit akibat ngaceng terlalu tegang, tapi justru aku merasa bertambah nikmatt! Kembali aku lupa bahwa aku berniat mengadopsi remaja laki-laki berdarah Timor-Porto itu jadi anakku! Aku lihat Miguel sendirian saja di ruang tahanan itu. Mungkin itu “ruang-karantina” untuk tahanan yang baru masuk.Aku tidak tahu,nantinya apa lagi yang akan dialami oleh Miguel selama dia berada dalam rumah tahanan sialan itu

EPILOG

Selesai melihat adegan sadis itu aku marah-marah pada kedua Polisi PBB sialan itu. Aku protes dan mengatakan bahwa tindakan mereka bertentangan dengan Human Rights [Hak Asasi Manusia]. Tetapi keduanya tampak tidak perduli dan acuh tak acuh saja! Maklumlah pegawai PBB!

Meskipun aku amat menikmati adegan sadis itu,tapi bagaimanapun aku harus tetap melaksanakan tugasku sebagai Country Director suatu badan PBB yang bertanggung-jawab mengurus remaja berandalan.Itu lah sebabnya aku protes! Meskipun sambil protes kontolku masih ngaceng,akibat menyaksikan adegan sadis waktu Miguel disunat tadi dan juga melihat Miguel disekap di ruang tahanan dalam keadaan ber -telanjang bulat, dirantai dan diborgol.

Aku membatalkan niat untuk mengadopsi Miguel.Aku merasa tidak pantas jadi wali [guardian] Miguel! Karena aku membiarkan saja Miguel diperlakukan dengan cara yang tak manusiawi sewaktu dia dalam proses [reception] masuk rumah tahanan berandalan itu. Aku bahkan amat menikmati memandangi tubuh Miguel yang telanjang bulat dengan wajah yang tampak amat kesakitan karena baru disunat.

Apakah aku masih pantas jadi ayah angkat Miguel jika aku punya berahi pada Miguel dan bernafsu untuk berbuat sadis kepadanya? Ayah angkat macam apa itu? Mungkin ayah-angkat biadab-sialan-ta’i aku jadinya nanti!!! Ta’i!

Aku mengambil surat-surat adopsi yang telah aku urus sebelumnya dari laci lemari. Kemudian aku mengambil sebuah panci dan membakar berkas-berkas sialan itu di dalam panci.Aku membakar berkas itu dengan hati-hati,agar bau terbakar tidak menimbul -kan pertanyaan dari petugas hotel-kumuh itu!Aku juga membakar Surat Permandian dan Akta Kelahiran Miguel yang sempat kuperoleh seminggu sebelumnya. Ta’i!

Bermain Seks Dengan Pilot

Pada dasarnya aku tidak mengenal Indonesia. Sebab aku lahir dan besar di Singapura,berkewarganegara -an Singapura.Selanjutnya aku pindah ke Amerika sampai akhirnya aku berstatus permanent resident.

Aku baru agak mengenal Indonesia setelah aku be-kerja di Dili,Timor Leste dan sering berkunjung ke Indonesia.Pada saat week end dan liburan aku terpaksa keluar dari Timor Leste,karena aku tak betah tinggal di kota Dili yang panas, kacau, sumpek, dan terkebelakang itu.

Aku bisa bahasa Melayu [dan juga sedikit bahasa Indonesia] karena sewaktu di Singapura aku sering bergaul dengan kerabatku yang orang Melayu,sebab dalam diriku mengalir datah Melayu - selain juga darah Cina dan Spanyol.

Ketika aku sering berkunjung ke berbagai kota di Indonesia,aku sering menjumpai hal-hal yang baru. Suatu hal yang baru bagiku yang belum pernah aku lihat sebelumnya di negara lain adalah ketika aku naik pesawat terbang.Di negara lain rasanya tidak pernah aku melihat ada awak pesawat [crew] yang duduk di kursi penumpang. Di Indonesia kadang-kadang aku lihat ada awak pesawat [crew], khusus-nya pilot, yang duduk di kursi penumpang.

Mungkin saja dalam penerbangan di negara lain hal yang seperti itu juga sering terjadi.Tapi karena di negara lain para crew yang jadi penumpang itu tidak mengenakan seragam-crewnya,maka penumpang lain tidak tahu bahwa di antara penumpang pesawat itu ada juga crew yang ikut jadi penumpang. Crew yang jadi penumpang itu biasanya baru selesai ber -tugas yang kemudian libur [off] atau istirahat -dan dia harus pulang ke lokasi domisilinya atau tempat tinggalnya - naik pesawat terbang.

Dalam suatu penerbangan dari suatu kota ke ibu kota Jakarta,aku duduk di samping seorang pilot. Aku tahu orang itu pilot dari pakaian seragam- pilot yang dikenakannya waktu itu.

Sejak semula aku melihat pilot itu di pesawat,aku sudah terpikat padanya.Pertama tentu karena wajah -nya yang tampan memukau.Yang kedua adalah tubuh-nya yang atletis, ketat berotot, serta lengannya yang indah, terutama di bagian bisepsnya. Yang ketiga,aku lihat ada bulu-bulu halus di lengannya yang kekar dan berkulit putih-bersih itu. Bulu-bulu halus di lengannya itu seakan menjanjikan bahwa pilot itu punya bulu-ketek dan jembut yang pasti merangsang untuk dilihat dan dijilat! Tai!

Karena aku menjabat Country Director atau tepat-nya Representative dari suatu organ PBB [UN body and entity],maka jika aku berpergian naik pesawat terbang aku diwajibkan naik business class.

Aku tidak mengerti apa yang jadi latar belakang atau alasan dari kebijakan itu. Karena uang yang seharusnya digunakan untuk memberikan pelayanan atau membantu rakyat di negara-negara miskin justru dihambur-hamburkan untuk membeli tiket pesawat kelas bisnis untuk pejabat-pejabat badan PBB sialan [termasuk aku] - yang umumnya orang bule.

Demikianlah,waktu itu aku pun ada di kelas bisnis dan sang pilot itu duduk di sampingku. Meskipun tampangku tidak “bule-bule amat”, rambutku tidak pirang,tapi memang mudah sekali mendeteksi bahwa aku berdarah bule. Situasi ini punya keuntungan dan kerugian bagiku. Keuntungannya adalah jika aku berurusan di kantor-kantor di Asia dan juga di Afrika - aku dapat kemudahan. Mungkin karena para pejabat dan pegawai disitu bermental orang jajahan - yang cenderung menghormati bule dan dianggap representasi bangsa penjajah di Asia dan Afrika di masa lalu. Kerugiannya adalah aku jadi mudah ketahuan sebagai orang asing dan hal ini meningkatkan risiko aku jadi sasaran tindak kejahatan terhadap orang asing di negar-negara kacau seperti TImor Leste.

Sementara itu,sambil duduk di samping sang pilot, aku bolak-balik mencuri pandang keindahan dan ketampanannya.Aku juga bolak-balik curi-pandang lengannya yang kekar, putih-bersih dan berbulu halus itu - amat merangsang! Sehingga mau-tidak mau,suka-tidak suka,kontolku jadi ngaceng,tegang, mengeras dan …terasa nikmat!

Aku rajin makan kapsul Maca yang membuat aku ber-tambah merasa nikmat setiap kali kontolku sedang ngaceng dan setiap kali puting susuku tegang-melenting [erektil].

Aku harus mengakui bahwa Maca memang betul-betul efektif dan potensial meningkatkan libido dan berahi laki-laki! Jauh lebih efektif dari royal jelly, ginseng atau pun pasak bumi.Pendapat yang menyatakan bahwa royal jelly, ginseng,dan pasak bumi dapat memacu libido[berahi]dan meningkatkan gairah-sexual pada laki-laki mungkin hanya mitos belaka. Maca berasal dari tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di pegunungan Andes [Cordilleras des los Andes] di Amerika Selatan [Peru].Maca amat baik untuk meningkatkan kemampuan kontol untuk bisa ngaceng dalam waktu yang cukup lama dan terasa nikmat.

EDWIN PILOT YANG TAMPAN DAN MENAWAN

Ketika pramugari mulai sibuk menyiapkan meja akan menghidangkan makanan, aku berbasa-basi menyapa pilot yang muda dan tampan itu. Mula-mula dengan bahasa Inggris kemudian aku lanjutkan dengan bahasa Indonesia. Ternyata pilot itu memang enak sekali untuk jadi teman ngobrol.Di samping orang-nya ramah dan terbuka,dia juga punya pengetahuan dan wawasan luas.Dalam awal perkenalanku itu aku secara terbuka menyatakan siapa diriku dan dimana aku bekerja.Rupanya langkah transparansi yang aku lakukan ditanggapi positif oleh pilot tampan itu dan dia juga mulai menyebutkan namanya : Edwin. Untuk menyenangkan hati Edwin aku memanggilnya dengan panggilan “captain”, disingkat “capt” atau “kep”.

Aku merasa penerbangan itu terlalu cepat, karena aku sangat menikmati keberadaanku disamping Bang Edwin dan keberduaanku dengan Captain Edwin.Pada-hal aku biasanya merasa bosan berada di pesawat berlama-lama.Walaupun hanya satu jam - pun. Tapi ngobrol dengan dan berada di samping Bang Edwin yang tampan dan menawan itu, rasanya 24 jam pun aku sanggup duduk di pesawat terbang!

Ketika pesawat landing di Jakarta, aku berhasil mendapatkan nomor HP dan alamat rumah Edwin di Jakarta. Edwin tidak membawa kartu-nama. Tetapi aku berikan saja kartu-namaku.Dengan harapan pada suatu saat Edwin mau menghubungi aku per telpon, per-sms, atau per e-mail.

Selama aku ngobrol dengan Edwin, aku berhasil mengorek info bahwa dia sudah jadi pilot selama lima tahun. Dia bahkan sempat mengatakan jam-terbangnya,sayang tidak terdengar olehku karena terganggu oleh suara pramugari yang menyampai-kan pengumuman [announcement]. Edwin masih muda, mungkin usianya sekitar 25 tahun.

Berat rasanya ketika aku harus berpisah dengan Edwin. Walaupun waktu itu aku baru kenal Edwin sekitar satu atau sekitar satu setengah-jam,tapi ketampanan wajahnya, keindahan tubuhnya, dan kesimpatikan kepribadiannya telah menawan hati dan jiwaku. Selama aku berada di samping Edwin aku melihat bahwa tubuh Edwin tinggi-besar dan dia berdada bidang. Entah apa sebabnya, aku seperti punya “feeling” [atau boleh jadi aku berharap] bahwa Edwin punya kontol besar. Selama ngobrol dengan Edwin, kontolku terus saja ngaceng, mengeras dan terasa amat tegang.Suatu keadaan yang jarang aku alami,kecuali jika aku berada dekat-dekat dengan cowok yang memang benar-benar sexy - merangsang. Kebetulan Edwin memang cowok sexy-merangsang!

Untunglah di Jakarta aku punya banyak kesibukan, sehingga pikiranku tidak “pre-occupied” dengan wajah dan tubuh Edwin yang menawan dan memukau itu.

Selama di Jakarta aku sempat berjumpa dengan beberapa orang pelarian dari Timor Leste yang ingin ber-imigrasi ke negara ketiga. Untuk dapat memberikan pejelasan dengan baik tentang tata-cara berimigrasi ke negara penerima pelarian,aku mengundang mereka makan malam di suatu restoran.

Seperti biasa, sebelum mulai makan mereka berdoa “Pai Nosso” [artinya : "Bapa Kami"] dalam bahasa Portugis.

Setelah masing-masing membuat tanda salib sambil mengatakan :

“Em nome do Pai e do Filho,e do Espirito Santo. Amen”, maka bersama-sama mereka pun mengatakan :

“Pai Nosso que estais no Ceu - santificado seja o vosso Nome - venha a nos o vosso reino - seja feita a vossa vontade,assim na tera como no Ceu. O pao nosso de cada dia nos dai hoje - Perdoai-nos as nossas ofensas, assim como, nos perdoamos a quem nos tem ofendido - e nao nos deixeis cair em tentacao - mas livrai-nos do mal. Amen”.

Sementara mereka berdoa,aku pun dengan diam-diam melantunkan: “Nammo Tassa Bagavato Arahato Samma Sam Buddasa”, yang aku lanjutkan dengan paritta:

“Buddhang Saranang Gachami, Dhammang Saranang Gachami, Sanghang Saranang Gachami”,kemudian aku teruskan lagi dengan paritta :

“Panatipata veramani sikhapadang samadiani”, dan seterusnya sampai selesai.

Setelah selesai dengan urusanku di Jakarta, aku kembali ke tempat tinggalku dan tempat kerjaku di Dili,Timor Leste.Dua minggu setelah aku jumpa Edwin, aku mencoba mengirim pesan-pesan singkat melalui sms kepada Edwin dari Dili - Just to say hello.Aku sangat bahagia ketika ternyata Edwin mau membalas sms-ku. Maka aku pun mengirim-kan sms pada Edwin sekurang-kurangnya sekali dalam sehari.Kata orang Indonesia: Untuk menjaga tali silaturahmi. Kira-kira sebulan setelah kenalan dengan Edwin barulah aku berhasil janjian untuk ketemu Edwin di rumahnya di Jakarta. Kami janjian bertemu pada suatu hari Sabtu.

BERTEMU EDWIN LAGI, MAIN CABUL DAN NGENTOT

Demikianlah,pada suatu hari Jum’at akupun terbang ke Jakarta lagi dari Dili untuk menjumpai Edwin, pilot yang menurut khayalanku dia sudah menjadi “kekasihku dan pujaan hatiku”.Aku harus menginap dulu semalam di hotel sebelum esok paginya aku bisa menemui Edwin-ku.

Ternyata Edwin tinggal sendirian di suatu real estate di pinggiran Jakarta. Tidak sukar mencapai lokasi itu dengan taxi dari hotel tempat aku menginap.

Ketika aku tiba, Edwin sendiri yang membukakan pintu depan di rumahnya. Aku bangga dan bahagia sekali, karena Edwin menyambut aku dalam keadaan dia telanjang-dada, dengan celana panjang jeans warna biru. Penampilan Edwin makin menawan, sexy dan amat merangsang!Kontol-ku jadi ngaceng akibat disuguhi keindahan tubuh Edwin yang amat jantan dan kelaki-lakian itu.

Edwin yang menerima aku telanjang-dada pagi itu menunjukkan bahwa aku sudah diterima atau sudah dianggap sebagai teman dekatnya dan bahwa aku sudah dipercaya secara pribadi olehnya.

Tubuhnya yang dibalut oleh kulit putih-bersih itu menampakkan dada yang atletis dan amat menonjol ke depan dengan sepasang puting susu yang tampak jantan,tegang, dan melenting. Perutnya rata, tapi dihiasi oleh lekukan otot-otot yang membentuk six -packs.Indah sekali.Lengannya yang kekar dan ber-otot itu terkesan amat serasi dengan wajahnya yang tampan serta dada dan perutnya yang atletis.

Di bawah pusatnya tampak samar-samar rambut halus yang seakan tumbuh menjalar kebawah dan aku yakin pasti rambut halus itu bergabung dengan hamparan jembutnya!

Sekali-sekali,jika tanpa sengaja Edwin mengangkat tangan atau lengannya ke atas, maka tampak bulu -keteknya yang hitam dan lebat di dataran ketiak-nya. Bulu-ketek Edwin seakan-akan menyempurnakan penampilannya yang kelaki-lakian dan menyempurna-kan tubuhnya dengan tanda-tanda dewasa seorang pria sejati [real man]! Kontolku makin mengeras tiap kali aku disuguhi pemandangan jantan, bulu - ketek Edwin yang indah,kelaki-lakian dan perkasa itu! Bulu-ketek Edwin yang hitam itu terasa amat kontras dengan lengannya yang putih bersih! Pagi itu Edwin sudah mandi dan sudah rapi,tinggal lagi dia mengenakan kemejanya. Bau harum parfum yang agaknya disemprotkan ke tubuhnya yang telanjang- dada terasa semerbak.Bercampur dengan bau harum deodoran yang disemprotkan atau dioleskan ke ketiaknya yang berbulu-ketek hitam, lebat dan tampak jantan itu!

Aku diajak berkeliling rumahnya yang lumayan besar itu.Untuk mengurus rumah itu Edwin dibantu oleh seorang pembantu lelaki.

“Ini hasil kerjaku selama lima tahun”,kata Edwin dalam bahasa Indonesia - ketika dia menunjukkan rumahnya berkeliling. Edwin sempat cerita bahwa waktu dia masih pilot-yunior [pilot-baru] dia pernah dikontrak perusahaan penerbangan di luar negeri dengan gaji lumayan,selama dua tahun.Uang hasil kerjanya di luar negeri itu lah yang dia gunakan untuk membeli tanah dan membangun rumah sialan itu.

Aku juga dikenalkan pada pembantu laki-lakinya itu, yang ternyata bertubuh atletis, ketat, ber-otot seperti bos-nya dan tampangnya lumayan enak untuk dilihat.

Aku bicara dengan Edwin menggunakan bahasa gado-gado.Kadang berbahasa Indonesia,kadang berbahasa Inggris,kadang juga campur-baur kedua bahasa itu dalam kalimat.

Sesampainya di kamar tidur Edwin aku ditunjuki tempat tidurnya. Menurut Edwin,tempat tidur dan letak TV-nya dirancang sedemikian rupa sehingga dia bisa menonton TV sambil tiduran atau setengah duduk.

“Just try it. Lie down!”, kata Edwin [artinya : "Cobain deh. Loe baring disini'"], sambil dia berbaring kemudian menyalakan remote control TV-nya agar “on”.

Akupun membaringkan diri,kemudian mencoba untuk mengambil posisi menonton TV. Ketika aku sedang mencoba melihat apa yang ditayangkan di TV, tiba-tiba,Edwin bangkit,mendekatkan wajahnya ke wajah-ku dan berkata :

“Now. I get you”,artinya “Sekarang gw dapet loe”. Wajahnya yang tampan memancarkan senyum memukau dan aku kemudian merasakan lumatan bibirnya di bibirku. Aku terpejam, untuk merasakan nikmat dan indah-nya berciuman,bercipokan dengan Edwin sang pilot yang hampir sebulan aku rindukan itu.Kedua tanganku memeluk tubuhnya yang bertelanjang dada. Aku merasakan nikmat tanganku bergesekan dengan kulit punggungnya. Aku merasakan sedotan mulut-nya di mulutku amat bernafsu! Sepertinya dia mau menghisap semua air ludahku sampai kering!Belum pernah aku diciun atau dicipok oleh cowok sampai ia demikian bernafsunya!

Edwin menghentikan ciumannya dan dia melanjutkan langkahnya dengan melepaskan T-shirt-ku ke atas sampai aku sama-sama telanjang dada. Rupanya dia belum puas. Dia melepaskan kait-kait celanaku dan menelanjangi aku. Bahkan dia kemudian melepaskan sepatu kulit pantofelku[yang berharga di atas US 500,- ]sampai aku bugil telanjang bulat!Aku juga tak beralas-kaki! Lalu dia berkata :

“Now. You’re mine”, artinya : “Sekarang lu jadi milik gw”, kemudian Edwin menciumi lagi bibirku, leherku, dan puting susuku. Tapi aku tidak mau jadi bottom. Karena itu aku mulai bertindak dan bergerak. Sementara Edwin sedang asyik menjilati puting susuku sambil memain-mainkan dengan jari-nya aku bangkit dan mulai menindihi tubuh Edwin. Bibirku gantian melumat dan mengenyot bibirnya yang ranum,jantan dan merah-merona.Sementara itu kedua tanganku berusaha keras untuk memplorotkan celana-jeans dan kancut Edwin agar dia juga jadi telanjang bulat!

Lalu bibirku terus aku turunkan kebawah sampai ke kontolnya!Aku ingin segera “merampas kenikmatan” yang sedang dirasakan Edwin dengan cara mengisap dan menjilati kontolnya.Sambil mengisap dan juga menjilati kontol Edwin, aku juga mengocok kontol-nya dengan tanganku.

Kontolnya yang sudah tegang,jadi tambah menegang ketika kuisap, kujilat dan kukocok! Ini membuat Edwin menggelinjang mungkin karena ia merasa ter-amat nikmat.

Semua berjalan cepat, karena kemudian aku lihat Edwin tidak mampu lagi menahan pejuhnya untuk tidak muncrat keluar dan …… CROOOOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOOOOOT! Pejuhnya muncrat, sebagian pejuhnya masuk ke mulutku dan aku telan dengan rakus dan nikmat.

Lalu aku lihat Edwin jadi gelisah.Aku didorong ke samping dan dia berguling, baring di belakangku. Entah bagaimana,dia mau mengentoti boolku seperti dia mengentoti perempuan dari arah bool. Tetapi kemudian aku lihat Edwin makin gelisah. Mungkin sukar menyodomi silitku dalam posisi tubuhku yang miring. Kontolnya disodok-sodokkan ke belahan bokongku tapi seperti tidak masuk-masuk. Sehingga Edwin pun mengatur-atur tubuhku sampai aku berada dalam posisi menungging.Kemudian Edwin mengambil posisi berlutut di tempat tidur dan silitku pun diembat dengan kontolnya! Mula-mula aku merasa sakiiiiit.Tapi demi Edwin, aku rela, aku ridho, aku ikhlas, menyerahkan silitku untuk dihajar dengan kontolnya yang besar bagaikan kontol kuda Arab itu!

Edwin memompakan kontolnya kedalam silitku dengan amat bernafsu dan kasar, sepertinya dia merasa sedang mengentoti nonok perempuan!

Akhirnya siksaan kejam itupun selesai.Aku rasakan adanya pejuh hangat terpancar di dalam silitku. Edwin sudah memuncratkan pejuh untuk kedua-kali-nya.Jika sebelumnya Edwin muncrat pejuhnya karena kontolnya aku isap-isap, maka yang kedua kalinya dia “usaha sendiri” dengan cara mengentoti dubur -ku!

Aku bahkan pagi itu tidak sempat memuncratkan pejuhku.Tapi walaupun begitu,aku rela,aku ridho, aku ikhlas,demi Edwin yang amat aku cintai itu. Biarlah nanti di hotel aku ngeloco sendiri [swa-layan]. Ta’i

EPILOG

Demikianlah perjumpaanku yang kedua dengan Edwin. Edwin masih off sampai hari Senin sore-nya.Oleh sebab itu Edwin meminta aku untuk menginap di rumahnya.

Selama dua hari itu kami menghabiskan tenaga dan pikiran kami berdua untuk main cabul memuaskan dan melampiaskan nafsu sex kami! Agh! Kontol!

Walaupun Edwin berwajah tampan dan menawan,tetapi aku merasa sudah puas bisa berbuat cabul dan juga dientot oleh kontolnya.Setelah main cabul selama dua hari dengan Edwin,aku merasa sudah puas dan tak merasa perlu mencari jalan atau cari alasan untuk jumpa lagi.”Cukuplah sudah semua kecabulan itu”,demikian pikirku! Aku pun kemudian berpisah dengan Edwin tanpa beban, tanpa kegalauan, dan tanpa kerinduan! Semuanya berakhir begitu saja!