Selasa, 06 Januari 2009

Bermain Seks Dengan Anak Adopsi

Sistem pemerintahan dan sitem kenegaraan boleh dikatakan belum tebentuk di negara kacau seperti Timor Leste.Keadaan ini bisa mempermudah urusan ataupun mempersulit urusan.Tapi dengan merelakan beberapa puluh atau beberapa ratus dolar, banyak urusan yang jadi mudah dan mulus.

Itu lah pula yang terjadi ketika aku mau melaku-kan adopsi pada Miguel,seorang anak jalanan dari kota Dili yang masih berantakan itu.Dengan modal kenalan pejabat lokal yang aku punyai di kantor-kantor pemerintah akhirnya aku berhasil mendapat-kan surat yang menyatakan bahwa Miguel adalah anak angkatku.Karena aku tak bisa bahasa Portugis sepatah kata pun,kecuali “o pao” [roti],maka aku pun mula-mula tidak mengerti apa yang tertulis di dalam selembar surat sialan itu.

Tapi menurut keterangan seorang staf PBB asal Damao[suatu kota di India bekas jajahan Portugis]yang fasih dan paham bahasa Portugis[secara lisan dan tulisan],katanya surat itu menyatakan bahwa Miguel telah resmi jadi anak angkatku [adopted child]. Tentu saja aku mengadopsi Miguel bukan tanpa alasan.

Seperti juga semua lelaki homo yang mengadposi anak lelaki,dimana pun juga,motifnya pasti motif sex!Mereka berharap bukan hanya akan membesarkan dan mencintai anak yang diadopsi itu,tetapi juga mereka berharap pada satu waktu mereka akan dapat menikmati tubuh anak tersebut. Memang morif yang biadab! Tapi, itulah hidup! - that’s life! Oleh karena itu mereka juga memilih!Memilih anak laki-laki yang kira-kira sesuai dengan selera rendah mereka. Diam-diam mereka memperhatikan prospek [perkembangan] ukuran kontol dan lobang pantat anak itu! Ada juga lelaki homosex yang mengadopsi anak yang lebih besar [sekitar delapan sampai sepuluh tahun] dimana ukuran kontol anak itu lebih mudah diprediksi akan menjadi berapa besar jika mereka memasuki akil balik.Lelaki homo umumnya menyukai laki-laki yang berkontol besar untuk jadi partner hubungan sex sejenisnya!

Sebagian lelaki homosex memilih membiayai atau “memberi bea siswa” pada anak lelaki yang sudah berangkat remaja sekitar usia dua-belas sampai delapan-belas tahun. Lelaki homosex seperti ini biasanya mengharuskan anak yang dibiayainya itu tinggal bersamanya,karena anak itu akan sekaligus didisiplinkan. “Didisiplinkan” adalah kata lain dari dihajar,disiksa,dan diperkosa,sekedar untuk melampiaskan dorongan sadistik lelaki homo itu! Jenis lelaki homo macam ini selalu bertubuh kuat dan berotot, menguasai ilmu bela diri atau punya senjata api,tidak ragu melakukan kekerasan untuk menundukkan laki-laki, termasuk menundukkan anak yang berada di bawah perwaliannya itu!

Demikian pula dengan aku sendiri, aku mengadopsi Miguel dengan niat untuk menikmati tubuhnya.Jika mungkin Miguel dapat aku jadikan sasaran pemuas berahi sejenisku, syukur-syukur Miguel juga pada saatnya bisa aku jadikan sasaran buat pelampiasan nafsu sadisku! Agh!Pasti nikmat dan itu adalah niat jahat yang bejat dan terlaknat! Miguel adalah bagaikan “mutiara dalam lumpur”.Aku jumpa Miguel pertama kalinya ketika organisasi sialan yang aku pimpin melakukan inventarisasi tentang anak terlantar dan anak berandalan di kota Dili dan sekitarnya.Di salah satu rumah yang jadi tempat berkumpul geng anak berandalan, aku menjumpai Miguel.Aku langsung terpikat dan jatuh hati pada ketampanan Miguel.Seperti umumnya anak-anak terlantar dan anak berandalan di Timor Leste Miguel juga berdarah campuran Timor-Porto.

Biasanya jika aku jumpa anak lelaki yang menarik hati atau memikat selera homo-sadis-ku,aku hanya merekrutnya menjadi pegawai dari kantor sialan yang aku pimpin.Tetapi waktu aku jumpa Miguel aku bertekad bahwa: “Aku harus dan aku akan memiliki Miguel”.Oleh karena itu,sehari setelah aku jumpa Miguel aku langsung mengambil langkah-langkah untuk mengadopsinya,sebelum dia kabur atau pindah ke tempat lain. Anak berandalan di Dili sangat sering berpindah-pindah tempat dan pindah geng, karena sering terjadi pertikaian dan perkelahian di antara mereka sendiri.

Waktu aku sudah berhasil mendapatkan surat adopsi Miguel,aku juga mengurus Surat Permandian Miguel di Diosis Dili.Aku bahkan juga berhasil mengurus Akta Kelahiran-nya. Tentu saja akta itu “aspal” [asli tapi palsu]. Asli,karena terbit dari suatu instansi pemerintah,tetapi palsu karena akta itu bukan akta yang sebenarnya.

Miguel sendiri tidak tahu menahu bahwa dia resmi sudah jadi anak angkatku.Memang yang terpenting bagiku adalah bahwa aku sudah bisa membawa-nya pergi ke luar Timor Leste, kapan saja aku mau!

Tapi sesuai dengan aturan yang dibuat Polisi PBB, anak berandalan dari Timor Leste boleh dipindah-kan dari Timor Leste jika anak itu berada dibawah perwalian Polisi PBB.Untuk jadi anak yang berada dibawah perwalian Polisi PBB maka anak itu harus pernah ditahan beberapa lama di rumah tahanan anak berandalan yang diurus Polisi PBB. Apabila selama anak itu ditahan tidak ada keluarga yang mencari,maka anak itu dapat dianggap yatim-piatu [orphan] dan boleh dipindahkan perwaliannya pada orang lain.Untuk memenuhi aturan ini maka Miguel harus ditahan dulu beberapa lama di rumah tahanan untuk anak berandalan sialan. Begitu juga tanggal surat adopsi yang sudah dibuat terpaksa harus di -ubah sesuai dengan tanggal ketika Miguel dilepas dari tahanan anak berandalan sialan.Aku terpaksa merogoh lagi beberapa puluh dolar untuk menyogok petugas yang berwenang merubah tanggal itu kelak!

RUMAH TAHANAN ANAK-BERANDALAN SIALAN

Di Dili [dan di kota-kota lain di Timor Leste?], Polisi PBB [baca Polisi Australia]punyai beberapa rumah tahanan untuk pemuda-remaja berandalan yang berhasil ditangkap. Di rumah-rumah tahanan itu para pemuda-remaja itu didisiplinkan [kata lain dari: dihajar, disiksa, diperkosa] secara berkala [periodik].Praktis para pemuda itu ditahan untuk seterusnya sampai ditemukan cara yang tepat untuk mengatasi masalah anak-anakberandalan di Timor Leste.

Padahal masalah anak berandalan di Timor Leste hanya dapat diatasi dengan memperbaiki sosial ekonomi dan membuka sekolah-sekolah serta membuka lapangan kerja untuk pemuda-remaja yang praktis tidak punya pengetahuan dan keterampilan apa pun juga. Bahkan banyak di antara mereka yang buta- huruf dan sudah terlanjur jadi kriminil, mabuk-mabukan dan mengkonsumsi Narkoba. Budaya mabuk-mabukan di Timor Leste sudah amat mendarah-daging sejak zaman Porto selama 400 tahun dan hampir tak mungkin diberantas. Portugis bukan hanya membawa agama Roma Katholik ke Timor Leste, tetapi juga membawa kebodohan, kemiskinan, kesengsaraan, dan budaya alkohol serta mabuk-mabukan.

Polisi PBB mempunyai prosedur atau SOP [Standard Operating Procedure] dalam menerima [reception] anak berandalan di rumah tahanan untuk remaja[Juvenile Detention Center]. Yang dimasukkan ke rumah tahanan hanya anak laki-laki.Karena hanya sedikit sekali staf PBB yang perempuan di Timor Leste.Anak perempuan berandalan, untuk sementara dibiarkan saja tidak diurus. Anak laki-laki yang akan dimasukkan ke rumah tahanan itupun dipilih.

Hanya yang “bagus-bagus” saja yang dipilih. Oleh karena itu kebanyakan anak laki-laki yang dipilih hanya yang berdarah campuran Timor-Porto dan yang tidak menderita penyakit HIV/AIDS atau Hepatitis.

Aku jadi tahu mengenai SOP yang dimaksud ketika aku melihat proses Miguel dimasukkan ke rumah tahanan sialan itu. Kehadiranku di rumah tahanan sialan itu untuk memantau [memonitor] keadaan rumah tahanan anak berandalan dan bagaimana cara Polisi PBB memperlakukan tahanan anak berandalan. Ini adalah tugas organisasi internasional tempat aku bekerja.Oleh karena itu Polisi PBB tidak ber-keberatan dengan kehadiranku. Tentu saja mereka tidak tahu bahwa aku sudah memproses surat adopsi Miguel.

Supaya Miguel bisa ditahan, dia ditangkap begitu saja tanpa alasan di rumah tempat gengnya biasa berkumpul di Becora.Menangkap orang tanpa alasan secara serampangan merupakan hal yang biasa di Timor Leste. Bahkan pasukan asing yang berada di Timor Leste pun biasa membunuh orang sembarangan, seperti yang mereka lakukan terhadap Almarhum Mayor Alfredo Reinaldo[RIP=Requiescant In Pace = Rest In Peace=Semoga Almarhum Beristirahat Dalam Kedamaian] di depan rumah Presiden Ramos Horta. Miguel datang ke rumah tahanan, dibawa oleh dua orang Polisi PBB. Setelah selesai didaftar Miguel diserahkan pada dua orang Polisi PBB lain. Yang seorang berwajah Asia,yang seorang lagi berwajah bule

Mula-mula Miguel disuruh [lebih tepat "dipaksa"] telanjang, karena Miguel diperintah dengan kasar untuk telanjang bulat.Miguel tampak ragu, kemalu-maluan,tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.Waktu kancutnya sudah ditanggalkan,Miguel mencoba untuk menutupi kontolnya dengan kedua tangannya.Tetapi Polisi PBB yang bertampang Asia dan yang di dada-nya tertulis nama “Che’Yakub,” merenggut tangan Miguel dengan kasar dari kontolnya sambil berkata dalam bahasa Melayu-Malaysia [mungkin Che' Yakub warga negara Australia asal Malaysia]:

“Awak jantan!Tak perlu sembunyikan konek awak!”, [artinya : "Loe cowok! Nggak usah nutupin kontol loe"]. Kemudian Che’ Yakub memberikan tamparan keras di pipi Miguel kiri-kanan : PLAKK! PLAKK! Miguel tampak kaget dan nanar tapi tidak berani bicara apa-apa. Di pipinya yang putih-bersih itu membias warna merah akibat tamparan Che’ Yakub.

Agaknya Che’ Yakub tahu bahwa generasi muda Timor Leste hanya bisa Bahasa Indonesia, karena itu dia bicara Bahasa Malaysia yang dekat dengan Bahasa Indonesia,tetapi tidak sepenuhnya dipahami oleh orang Timor Leste.

Aku lihat di pinggang Che’ Yakub ada tergantung sebilah pecut-rotan dengan panjang sekitar satu meter dengan diameter sekitar 1 atau 1,5 cm. Aku lihat Che’ Yakub melepaskan kait pecut-rotan itu dari pinggangnya dan menggenggamnya.

Tiba-tiba saja tanpa alasan yang jelas Che’ Yakub menghajar paha kiri Miguel dengan rotan itu : JEPRETT!Suara pecut-rotan itu beradu dengan kulit paha Miguel yang putih bersih, terdengar nyaring sekali. Miguel yang berdiri telanjang bulat itu tampak kaget menggelinjang berteriak tertahan: “AGGH!”.Paha Miguel yang putih-bersih itu tampak membiaskan bilur merah-biru akibat dihajar pecut rotan Che’ Yakub.

“DIAMM!”,bentak Che’ Yakub,rupanya Polisi PBB itu tak suka mendengar teriakan kesakitan Miguel dan dengan kasar dia mendorong Miguel agar berjalan keluar ruangan arah ke halaman dan membentaknya lagi :

“JALAN!”

Miguel disuruh berjalan keluar ruangan kearah sebatang pohon.Polisi Australia seorang lagi,yang ada disitu dan yang di dadanya tertulis nama “James Cornway”, diam saja melihat tingkah laku Che’ Yakub.Mungkin karena malu dan risih dengan aku, James mencoba membuat excuse dan berkata :

“We must be tough here”,[artinya :"Disini kita harus bertindak keras!"].

Che’ Yakub menyuruh Miguel berdiri didekat sebuah pohon dengan kaki mengangkang dan kedua tangan ke atas - tubuh Miguel seakan membentuk huruf “X” - telanjang bulat.

Saat itulah aku baru sempat memperhatikan Miguel dengan lebih cermat. Miguel punya kontol besar dan belum sunat. Di bawah kontolnya yang besar tampak bergantung dua biji-peler yang membulat, proporsional dengan ukuran kontolnya yang besar -tapi tidak sunat itu! Kulupnya menutupi sebagian kepala kontolnya [glans penis],lobang kencingnya seakan nongtot dari mulut atau bukaan [orifice] kulupnya.

Jembut dan bulu-ketek Miguel sudah tumbuh lebat, berwarna hitam. Miguel sudah akil-balik, mungkin umurnya tujuh-belasan tahun.Meski berdarah Porto, tapi pada usianya itu Miguel tidak tampak tumbuh bulu-dada atau bulu-perut.Tetapi ada rambut halus yang tumbuh menjalar dari bawah pusarnya ke bawah dan bergabung dengan hamparan jembutnya. Miguel tampak kemalu-maluan dipaksa meng-expose bagian tubuhnya yang paling pribadi[private] pada orang yang tidak dikenalnya.

Tiba-tiba Che’Yakub menyemprotkan air dengan sebuah selang yang ada di situ ke tubuh Miguel yang telanjang bulat dan diarahkan ke kontolnya. Miguel kaget dan merubah posisinya yang exposed itu, tetapi Che’ Yakub membentak :

“Awak berdiri saja.Jangan bergerak.Atau kulibas lagi dengan rotan ini”.

Miguel kembali berdiri lagi pada posisi tadi dan Che’ Yakub menyemprot seluruh tubuh Miguel yang telanjang bulat dengan air. Selesai dimandikan seperti binatang, Miguel disuruh masuk lagi ke dalam sebuah ruangan dan diharuskan tetap dalam posisi tadi sampai tubuhnya mengering oleh udara sekitarnya. Sementara itu, aku dan kedua Polisi PBB sialan itu duduk di situ sambil ngobrol ber-bahasa Inggris.

Kedua Polisi PBB itu berusaha menjelaskan kepada-ku mengenai sikap mereka yang kasar kepada Miguel dan para tahanan anak berandalan yang ditahan di situ. Dengan alasan : “A disiplinary measure” - artinya ” Cara untuk mendisiplinkan”.

MIGUEL MENJALANI “PEMERIKSAAN KESEHATAN” [?]

Ketika Tubuh Miguel sudah kering,Miguel disuruh berbaring terlentang di sebuah meja yang ada di situ [Miguel masih telanjang bulat].

James, Polisi bule itu memeriksa[?] tubuh Miguel seperti seorang dokter atau perawat. Apakah dia dokter atau perawat aku tidak tahu. James juga mencatat hasil pemeriksaannya[?] dalam sebuah buku.

Tapi kemudian Miguel disuruh berdiri membungkuk. James menyodok lobang pantat Miguel dengan jari telunjuknya.Jarinya diolesi dengan sejenis salep. Kulihat James tidak mengenakan sarung tangan.Lalu James menyodok-nyodok bool Miguel dengan intens sampai Miguel terdongak-dongak[mungkin karena dia kesakitan?] dan kemudian Miguel terlihat jadi gelisah,kontolnya tampak menegang [ngaceng] lalu ….CROOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOT! ….rupanya pejuh Miguel muncrat, karena silitnya disodok-sodok oleh James dengan kasar dan intens.

Saat itu Miguel membungkuk dan tubuhnya disangga tembok,tapi karena aku berdiri di sampingnya aku bisa melihat waktu kontolnya memancarkan pejuh remaja-nya.Ruangan itu semerbak tercium bau pejuh pemuda remaja.Miguel tampak kemalu-maluan karena pejuh-nya muncrat. Melihat Miguel mengeluarkan pejuhnya,Che’Yakub tertawa terbahak-bahak sambil berkata :

“Ha..ha..ha..!Mani awak pancut!”,artiya:”Ha..ha.. ha..! Pejuh loe muncrat”.

Kemudian Che’ Yakub menyuruh Miguel duduk di atas sebuah meja.Kedua tangan Miguel terangkat keatas diborgol ke kait-kait yang ada di tembok ruangan itu. Kedua pergelangan kakinya dirantai ke kaki-kaki meja kiri-kanan. Pinggangnya juga difiksasi dengan sabuk kulit. Sepertinya meja itu memang sudah dirancang untuk keperluan seperti itu.Dari lubang kencing Miguel tampak pejuh masih meleleh -leleh, … kedua Polisi PBB itu seperti tidak peduli bahwa Migule belum selesai eyakulasi.

Posisi Miguel dengan kedua terangkat ke atas dan tubuhnya yang telanjang bulat setengah duduk di meja tersandar ke tembok, terasa amat merangsang bagiku!Apalagi kontol,biji-peler beserta hamparan jembutnya seakan “exposed” di atas meja.Aku lupa bahwa Miguel resminya sudah jadi anak angkatku.

Rambut wajahnya,kumis,janggut,berewoknya, tampak menunjukkan jejas seperti warna kebiruan, karena kulit wajahnya putih bersih itu ditingkah oleh rambut-rambut halus yang tumbuh akibat hampir dua hari Miguel tak bercukur.Bulu-keteknya yang lebat tampak jantan dan merangsang.Kontolnya yang besar tapi belum sunat berlatarbelakang jembutnya yang hitam-lebat itu membuat aku gemas,ingin memotong kulupnya,agar Miguel tampak jantan dan sempurna!

Che’ Yakub menyuruh Miguel membuka pahanya lebar-lebar sehingga kontol dan jembutnya jadi exposed [terpapar] ke depan. Kemudian Che’ Yakub menarik sebuah meja-beroda yang di atasnya ditutup kain putih.Waktu kain putih itu disingkapkan, di atas meja-beroda itu ada alat-alat kedokteran dari logam yang berkilat-kilat.

Kemudian Che’ Yakub mengenakan sarung tangan dari karet [handshoen] dan mengambil sebuah alat yang menyerupai penjepit panjang.Dengan penjepit itu dia mengambil kapas dan membersihkan kontol, biji -peler,jembut,paha dan lobang pantat Miguel.

Pejuh Miguel yang sekali-sekali masih meleleh dari lobang kencingnya dibersihkan juga sampai betul-betul kering dan Che’ Yakub berkomentar :

“Mani awak tak lepas-lepas pancutnya”, artinya : “Pejuh loe masih keluar terus”.Lalu Che’ Yakub menyambung lagi :

“Bulu konek awak lebat”, artinya : “Jembut loe banyak [lebat]“.

Setiap kali Che’ Yakub mengatakan sesuatu dalam Bahasa Malaysia,Miguel diam saja.Mungkin karena Miguel tak mengerti bahasa Melayu Malaysia sialan -ta’i itu. Che’Yakub membersihkan daerah selangkangan Miguel dengan berbagai cairan yang aku tidak tahu jenis-nya.Sementara Che’ Yakub melaksanakan pekerjaan-nya, James berbisik padaku :

“This boy will be circumcised”,artinya :”Anak ini akan disunat”.

“It’s a routine procedure in this institution”, sambung James pula.Artinya :”Ini prosedur rutin di rumah tahanan ini”.

Selagi aku memperhatikan bisikan James,tiba-tiba aku mendengar teriakan Miguel seperti kesakitan :

“AAAAAAAAAAAAAAGGH!SAKIIIT!!JANGAAAN!!SAKIIIT!!” Teriakannya keras sekali,pasti Miguel amat-sangat kesakitan.

Che’ Yakub barusan memotong kulup Miguel! Memang aku sempat melihat Che’Yakub menarik kulup Miguel ke depan.Agaknya dia juga langsung memotong kulup itu. Cara memotong kulup seperti itu [menyunat]adalah cara tradisonal yang biasa dilakukan oleh orang awam yang bukan tenaga kesehatan terlatih. Luka itu tidak dijahit dan dibiarkan menutup dan mengering sendiri.

Mungkin karena pisau yang digunakan buat memotong kulup Miguel sangat tajam atau mungkin karena bagian kulup yang dipotong oleh Che’ Yakub sudah tertentu,aku tak melihat banyak darah yang keluar dari luka-sunat Miguel.Kepala kontol Miguel yang sebelumnya “kuncup” sudah tampak “mekar” karena tudung-kulupnya sudah dibuang [dipotong]. Luka-sunatnya hanya menampakkan garis kemerahan pada bekas sayatan yang dilakukan oleh Che’ Yakub.

Wajah tampan Timor-Porto Miguel menunjukkan rona wajah yang amat kesakitan.Miguel merintih-rintih: MMMMMH..MMMMMH..MMMMMH. Rintihan Miguel disambut dengan bentakan keras Che’ Yakub :

“SHUT UP!!!”,artinya “Tutup mulut!!”.

Miguel berhenti merintih,tapi karena dia merasa-kan nyeri yang amat sangat. Miguel mulai merintih lagi : MMMMMH ..MMMMMH..MMMMMH.

Che’ Yakub habis keasabarannya dan berkata kepada James :

“Silence him! Give him a good slap on his face”, artinya :”Suruh dia tutup mulut!Tampar pipinya!”.

James tidak menunggu lama dan dia menampar pipi Miguel dengan KERASS [!] dua kali : PLAKK! PLAKK! kiri dan kanan. Tamparan James membiaskan warna merah dipipi Timor-Porto Miguel yang putih bersih dan tamparan itu memang menghentikan rintihan Miguel.

Miguel masih tampak kesakitan.Tubuhnya yang ber- telanjang bulat terikat-terpasung di meja sunat itu basah kuyup berkilat oleh keringatnya yang membanjir keluar dari pori-porinya akibat menahan rasa sakit disunat dengan cara yang tak berperi-kemanusiaan itu!

Kemudian Che’ Yakub mengambil alat suntik dan beberapa botol kecil, lalu dia mengambil contoh darah dari lengan Miguel.

Miguel tampak tak bereaksi saat lengannya ditusuk jarum suntik oleh Che’Yakub buat mengambil darah. Kemungkinan rasa nyeri yang amat-sangat di luka-sunatnya sudah “menutupi” rasa sakit tusukan di lengannya.Rasa nyeri tusukan jarum suntik tak ada artinya dibandingkan nyeri luar biasa yang masih dirasakan di luka sunatnya.

Kata Che’ Yakub kepadaku :

“We’ll send these blood samples to the hospital for AIDS and Hepatitis tests”,artinya :”Kita akan kirim contoh darah ini kerumah sakit buat periksa penyakit AIDS dan Hepatitis”. Rupanya Che’ Yakub terampil mengambil contoh darah.

Mungkinkah dia seorang perawat atau dokter atau medic [paramedic].Tapi di beberapa negara memang tentara atau polisi ada yang terlatih melakukan beberapa tindakan medis - seperti operasi kecil.

Selesai “disiksa” seperti itu Miguel dilepaskan dari pasungan dan dalam keadaan masih telanjang bulat. Susah payah Miguel turun dari meja-sunat itu.Wajahnya masih menunjukkan rona kesakitan!

Che’ Yakub menyuruh Miguel masuk ke sebuah ruang tahanan.Lalu ruang tahanan itu dikunci dari luar. Sebelum mengunci pintu ruang tahanan Miguel, Che’ Yakub memasangkan rantai yang dapat dikunci di pergelangan kaki Miguel.Lalu dia menelikung kedua tangan Miguel ke belakang dan memasangkan borgol di pergelangan tangan Miguel.Miguel dipaksa duduk di lantai telanjang bulat dalam keadaan kaki ter-rantai, tangan terborgol ditelikung ke belakang!

Ada rasa nikmat yang mengalir dalam jiwaku waktu melihat Miguel yang tampan itu dalam keadaan ber- telanjang bulat, duduk di lantai, terborgol dan terantai, dengan bekas sayatan luka sunat di sisa kulup yang ada “di leher” kontolnya.Wajahnya yang tampan, berkulit putih-bersih dan tampak masih saja menunjukkan rona amat kesakitan[karena baru disunat].. membangkitkan gairah berahi sexual dan nafsu sadisku! Kontolku jadi bertambah ngaceng, makin tegang dan mengeras! Kontolku terasa agak sakit akibat ngaceng terlalu tegang, tapi justru aku merasa bertambah nikmatt! Kembali aku lupa bahwa aku berniat mengadopsi remaja laki-laki berdarah Timor-Porto itu jadi anakku! Aku lihat Miguel sendirian saja di ruang tahanan itu. Mungkin itu “ruang-karantina” untuk tahanan yang baru masuk.Aku tidak tahu,nantinya apa lagi yang akan dialami oleh Miguel selama dia berada dalam rumah tahanan sialan itu

EPILOG

Selesai melihat adegan sadis itu aku marah-marah pada kedua Polisi PBB sialan itu. Aku protes dan mengatakan bahwa tindakan mereka bertentangan dengan Human Rights [Hak Asasi Manusia]. Tetapi keduanya tampak tidak perduli dan acuh tak acuh saja! Maklumlah pegawai PBB!

Meskipun aku amat menikmati adegan sadis itu,tapi bagaimanapun aku harus tetap melaksanakan tugasku sebagai Country Director suatu badan PBB yang bertanggung-jawab mengurus remaja berandalan.Itu lah sebabnya aku protes! Meskipun sambil protes kontolku masih ngaceng,akibat menyaksikan adegan sadis waktu Miguel disunat tadi dan juga melihat Miguel disekap di ruang tahanan dalam keadaan ber -telanjang bulat, dirantai dan diborgol.

Aku membatalkan niat untuk mengadopsi Miguel.Aku merasa tidak pantas jadi wali [guardian] Miguel! Karena aku membiarkan saja Miguel diperlakukan dengan cara yang tak manusiawi sewaktu dia dalam proses [reception] masuk rumah tahanan berandalan itu. Aku bahkan amat menikmati memandangi tubuh Miguel yang telanjang bulat dengan wajah yang tampak amat kesakitan karena baru disunat.

Apakah aku masih pantas jadi ayah angkat Miguel jika aku punya berahi pada Miguel dan bernafsu untuk berbuat sadis kepadanya? Ayah angkat macam apa itu? Mungkin ayah-angkat biadab-sialan-ta’i aku jadinya nanti!!! Ta’i!

Aku mengambil surat-surat adopsi yang telah aku urus sebelumnya dari laci lemari. Kemudian aku mengambil sebuah panci dan membakar berkas-berkas sialan itu di dalam panci.Aku membakar berkas itu dengan hati-hati,agar bau terbakar tidak menimbul -kan pertanyaan dari petugas hotel-kumuh itu!Aku juga membakar Surat Permandian dan Akta Kelahiran Miguel yang sempat kuperoleh seminggu sebelumnya. Ta’i!

1 komentar:

  1. Butuh Bandar Online terpercaya ?
    Yuk join aja menjadi member Di TogelPelangi

    Menyediakan permainan ;
    Togel
    Live dd48red blue

    serta memberikan prediksi terakurat

    DISKON Pemasangan :
    4D ; 66%
    3D : 59%
    2D : 29%

    Support 4 Bank terbaik :
    BCA
    MANDIRI
    BNI
    BRI

    Hot Promosi Jackpot Super Lucky
    Promo New Member
    Komisi Referal 1%

    Daftar sekarang bos : www.togelpelangi.com/daftar

    Info dan contact :

    BBM D8E23B5C
    LINE togelpelangi
    No telp.dan W.a +85581569708

    Silahkan bos



    BalasHapus